SEPUTARKUDUS.COM, DERSALAM – Pria kecil mengenakan
blangkon berjalan menuju kursi depan panggung pagelaran wayang kulit. Tanpa senyum,
dia menyalami beberapa undangan yang duduk di kursi depan. Saat dirinya duduk, anak tersebut hanya diam. Pria itu bernama Muhammad Bayu Kusumo, dalang cilik yang mementasan wayang kulit pada peringatan
Hari Kemeredekaan Indonesia ke-71 di Lapangan Desa Dersalam, Kecamatan Bae,
Kudus, Sabtu (27/8/2016) malam.
blangkon berjalan menuju kursi depan panggung pagelaran wayang kulit. Tanpa senyum,
dia menyalami beberapa undangan yang duduk di kursi depan. Saat dirinya duduk, anak tersebut hanya diam. Pria itu bernama Muhammad Bayu Kusumo, dalang cilik yang mementasan wayang kulit pada peringatan
Hari Kemeredekaan Indonesia ke-71 di Lapangan Desa Dersalam, Kecamatan Bae,
Kudus, Sabtu (27/8/2016) malam.
Bayu nampak menunggu tokoh pewayangan yang sedang dicarikan ayahnya, Kustiono. Foto: Imam Arwindra |
Saat sesi sambutan, wajah Bayu nampak tegang. Sesekali seorang
pria dewasa mengenakan blangkon hitam menyambanginya. Pria tersebut nampak
modar-mandir di sekitar pangunggung. “Wis siap? (sudah siap),” ungkapnya kepada
para nayaga yang malam itu berpakaian serba kuning.
pria dewasa mengenakan blangkon hitam menyambanginya. Pria tersebut nampak
modar-mandir di sekitar pangunggung. “Wis siap? (sudah siap),” ungkapnya kepada
para nayaga yang malam itu berpakaian serba kuning.
Gamelan dan gong terdengar sudah dibunyikan, dengan pakaian
hitam dan sarung batik coklat, Bayu berjalan menuju panggung utama. Dia duduk berdampingan
dengan seorang lelaki, yang menurut pembawa acara dia bernama Kustiono, yang tak lain ayah Bayu.
hitam dan sarung batik coklat, Bayu berjalan menuju panggung utama. Dia duduk berdampingan
dengan seorang lelaki, yang menurut pembawa acara dia bernama Kustiono, yang tak lain ayah Bayu.
Ki Bayu Kusomo, begitu dia disebut pembawa acara, mulai memainkan wayang
kulit diiringi suara gamelan dan gong. Dia akan mementaskan wayang kulit dengan cerita Lahirnya Raden Wisanggeni. “Tok-tok-tok-tok-tok, heeeeeeee,” kata Bayu mengawali pementasan.
kulit diiringi suara gamelan dan gong. Dia akan mementaskan wayang kulit dengan cerita Lahirnya Raden Wisanggeni. “Tok-tok-tok-tok-tok, heeeeeeee,” kata Bayu mengawali pementasan.
Bayu sedang memainkan tokoh pewayangan dalam cerita Lahirnya Raden Wisanggeni. |
Siswa yang masih sekolah di MI Nurussofa Kudus tersebut
nampak mahir memainkan wayang. Dia juga terlihat luwes dalam
menggerakkan bagian tubuh tokoh pewayangan. Di elakangnya, Kustiono bertugas
sebagai peniti yang membantu menyiapkan tokoh wayang yang akan dimainkan.
nampak mahir memainkan wayang. Dia juga terlihat luwes dalam
menggerakkan bagian tubuh tokoh pewayangan. Di elakangnya, Kustiono bertugas
sebagai peniti yang membantu menyiapkan tokoh wayang yang akan dimainkan.
Saat pagelaran berjalan hampir satu jam, Bayu tiba-tiba
diam, dia nampak menunggu ayahnya menyodorkan tokoh pewayangan selanjutnya. Kustiono
terlihat sedang mencari-cari tokoh wayang di tumpukan-tumpukan wayang kulit. Akhirnya
tidak sampai lima menit, pagelaran dilanjutkan kembali.
diam, dia nampak menunggu ayahnya menyodorkan tokoh pewayangan selanjutnya. Kustiono
terlihat sedang mencari-cari tokoh wayang di tumpukan-tumpukan wayang kulit. Akhirnya
tidak sampai lima menit, pagelaran dilanjutkan kembali.
Kepala Desa Dersalam, Setya Gunawan menuturkan pagelaran
wayang kulit yang ditampilkan termasuk rentetan kegiatan peringatan Kemerdekaan
Indonesia ke-71. Menurutnya, wayang kulit yang dimainkan Ki Bayu Kusumo dari
Desa Karangbener, Kecamatan Bae, dan membawakan cerita tentang lahirnya Raden Wisang Geni. “Tokoh
Wisanggeni karakternya mencerminkan kepribadian warga Dersalam,” tuturnya.
wayang kulit yang ditampilkan termasuk rentetan kegiatan peringatan Kemerdekaan
Indonesia ke-71. Menurutnya, wayang kulit yang dimainkan Ki Bayu Kusumo dari
Desa Karangbener, Kecamatan Bae, dan membawakan cerita tentang lahirnya Raden Wisang Geni. “Tokoh
Wisanggeni karakternya mencerminkan kepribadian warga Dersalam,” tuturnya.
Menurutnya, warga Dersalam persatuannya kuat. Karena tanpa
persatuan Desa Dersalam tidak akan maju. “Sesuai jargon kami Dersalam Bersatu,”
tuturnya.
persatuan Desa Dersalam tidak akan maju. “Sesuai jargon kami Dersalam Bersatu,”
tuturnya.