SEPUTARKUDUS.COM, RENDENG – Letaknya di ujung utara Jalan HOS Cokroaminoto dan beririsan dengan Jalan Jendral Sudirman, di Kelurahan Rendeng, Kecamatan Kota, Kudus. Berdiri megah patung Selaras dan Seimbang setinggi 5 meter berwarna hijau. Di sanalah masyarakat Kudus menyebut kawasan itu dengan sebutan Pentol. Mengapa kawasan itu disebut Pentol? Inilah asal-usul sebutan nama Pentol.
|
Pengendara melintas di kawasan Pentol, Jalan Jendral Sudirman Kudus. Foto: Imam Arwindra |
Menurut Ahmad Sofyan (37), pemilik Pentol Jaya Motor di tenggara taman Pentol, menceritakan, tempat tersebut ada sebuah halte kereta kereta api. Disebut Pentol karena ada tiang yang mirip pentol korek api yang berdiri di dekat halte.
“Karena sering menjadi sebutan saat pemberhentian kereta api, nama Pentol sampai hari ini masih digunakan untuk menamai kawasan taman depan kantor Kecamatan Kota tersebut hingga saat ini,” ungkap Sofyan berdasarkan cerita dari orang tuanya, ketika ditemui Seputarkudus.com, Kamis (19/5/2016).
Hal senada juga disampaiakn Wahyuning Siti (61), ibu Sofyan. Menurutnya, benda yang mirip pentol korek memiliki tinggi seperti tiang listrik sekarang. Karena sering disebut untuk nama pemberhentian, Pentol
sampai hari ini masih digunakan untuk menyebut kawasan di dekat
Gedung Ngasirah ini.
“Mandeg pentol-mandeng pentol (turun di pentol-turun dipentol),” kata Wahyu menirukan petugas kereta.
Dia menjelaskan, jalan di dekat halte tersebut dulu masih sempit, tak selebar seperti sekarang ini. Di sebelah utara dan selatan halte terdapat rel kereta.
“Jalannya dulu tidak lebar hanya selebar rel kereta,” ungkap dia yang menetap tak jauh dari kawasan Pentol sejak tahun 1971.
|
Tugu Selaras dan Seimbang di kawasan Pentol pad malam hari. Foto Imam Arwindra |
Dia mengingat, daerah sekitar halte dulunya sangat ramai. Ada warung-warung yang digunakan untuk berjudi beserta wanita “nakal”. “Dulu banyak gento di daerah halte situ. Sekarang sudah sangat berubah,” tambahnya.
Wahyu melanjutkan, selain kereta juga ada bus-bus yang mangkal di daerah tersebut. “Trayek keretanya dari stasiun lama (Kelurahan Wergu Wetan, Kecamatan Kota, Kudus) menuju ke Lasem dan Jepara,” ungkapnya.
Harga tiket kereta saat itu, seingat Wahyu sekitar satu Ringgit (sekarang Rp 2.500). Ketika ditanya detail tentang harga tiket untuk setiap trayek, dia mengaku lupa.
“Haltenya tidak hanya di daerah Rendeng saja, melainkan juga ada halte kereta di daerah Ngembal,” tambahnya.
Wahyu menuturkan, pembongkaran rel kereta dan pembangunan ulang halte menjadi taman sekitar tahun 1995. “Seingat saya 1992 kereta masih beroprasi,” tambahnya.