BETANEWS.ID, JEPARA – Bencana abrasi yang mengikis wilayah pesisir Kabupaten Jepara, khususnya Kecamatan Kedung yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Demak.
Di Kecamatan Kedung, diketahui terdapat enam desa yang wilayah pesisirnya mulai hilang akibat tergerus bencana abrasi. Yaitu Desa Kedung Malang, Surodadi, Panggung, Kalianyar, Bulak Baru, dan Tanggultlare.
Baca Juga: Pemkab Jepara Berencana Bangun Kolam Renang Ramah Anak di Air Terjun Songgo Langit
Di Desa Surodadi, banjir rob kini menggenangi puluhan hektare area tambak milik warga. Puluhan rumah warga yang berlokasi persis di belakang area tambak juga ikut tergenang air.
Sulkhan (56), Warga Desa Surodadi RT 18 RW 6, Kecamatan Kedung bercerita banjir rob mulai masuk ke area pemukiman warga sekitar tahun 2016 lalu.
Saat itu, pemerintah desa mendapat bantuan pemecah gelombang yang ditempatkan di pesisir pantai.
Namun, abrasi masih menggerus bibir pantai sekitar 5-10 meter per tahun. Hingga akhirnya pada tahun 2018, warga berinisiatif menanggul laut menggunakan tanah.
“Mungkin karena ganasnya gelombang air laut ya, tahun 2020, pemecah gelombang ini jebol. Dulu lokasinya di bibir pantai, saat ini sudah ditengah laut, sekitar 50-60 cm (dari bibir pantai),” katanya saat ditemui di pesisir Desa Surodadi, Jumat (20/6/2025).
Semenjak pemecah gelombang tersebut jebol, ia mengatakan banjir rob semakin sering terjadi yang membuat tambak dan permukiman warga tergenang air.
“Paling parah (banjir rob) itu tahun 2022. Air itu sampai masuk ke rumah saya sekitar 15 cm itu ada. Padahal rumah saya itu sudah tinggi,” ujarnya.
Banjir rob biasanya cukup parah pada saat berbarengan dengan banjir bandang yang terjadi saat musim hujan. Sebab sampah yang terbawa banjir rob ikut masuk ke rumah warga.
“Dari belakang rumah warga sampai jalan itu penuh sampah kalau datengnya banjir rob bersamaan dengan musim baratan,” ujarnya.
Baca Juga: Pemkab Jepara Launching Wisata Edukasi Jelang Masa Libur Sekolah
Untuk itu, ia berharap bencana abrasi tersebut segera mendapat penanganan dari pemerintah. Agar bencana abrasi yang menggerus kawasan pesisir di desanya tidak semakin parah.
“Ke depan kalau tidak ada penanganan ya akan semakin parah. Pemerintah Desa selama ini juga belum ada (penanganan), kalau tidak ditangani kami takutnya (air) laut ini semakin mendekat ke daratan,” pungkasnya.
Editor: Haikal Rosyada