BETANEWS.ID, PATI – Di antara deru kendaraan yang keluar masuk terminal induk Pati, di bagian pojok barat berdiri sebuah pasar yang kini seolah menyimpan kenangan yang tertinggal. Bukan sembako yang dijajakan, bukan pula pakaian murah meriah. Di pasar ini, yang dijual adalah sepeda.
Pernah berjaya di era 80 hingga 90-an, pasar sepeda ini dulu menjadi jujugan para pencinta sepeda dari berbagai penjuru. Namun kini, yang tersisa hanyalah barisan sepeda yang berjejer rapi namun sepi peminat.
Baca Juga: Renyah dan Laris, Produksi Bawang Goreng di Jepara Tembus 5 Kwintal Sehari
Siang itu, langit mendung seolah turut menyelimuti suasana pasar yang lengang. Ratusan sepeda berbagai jenis, mulai dari sepeda anak, jengki, hingga sepeda gunung, tersusun rapi menunggu disentuh takdir. Sebagian besar merupakan sepeda bekas yang masih layak pakai, meski beberapa di antaranya masih terbilang baru. Namun pengunjung? Hanya satu dua orang yang datang, dan belum tentu berujung pada transaksi.
Para pedagang lebih banyak bersenda gurau untuk mengusir bosan, sebagian lainnya memilih tiduran di bangku bambu sambil menunggu waktu berlalu.
Salah satu pedagang sepeda, Saudi, mengaku hanya bisa pasrah menghadapi kenyataan sepinya pasar sepeda Pati saat ini.
“Dulu itu sempat di pasar Puri lawas, kemudian sempat pindah ke kompleks Gedung Olahraga (GOR) baru kemudian pindah ke sini (barat terminal),” ujarnya mengenang masa lalu.
Saat masa kejayaannya, Saudi menyebut jumlah pedagang bisa mencapai seratus orang. Kini, tinggal sekitar lima belas pedagang yang masih bertahan.
“Cukup sulit juga cari penerusnya,” imbuhnya, dengan nada berat.
Sinar harapan sempat datang saat pandemi COVID-19 merebak. Di tengah keterbatasan aktivitas, bersepeda menjadi tren baru yang menyegarkan.
“Saat pandemi per hari, per pedagang bisa sampai 10 unit. Onderdil bahkan sampai cari ke Kudus. Tapi dua tahun terakhir, sehari mau jual satu saja sudah begitu sulit,” lanjutnya.
Padahal, harga yang ditawarkan cukup bersahabat.”Antara Rp 100 ribu hingga Rp 2 juta,” katanya.
Sepeda jangki, sepeda mini, dan sepeda anak adalah jenis yang paling banyak dicari.
Namun kini, sepeda-sepeda itu kian tersisih. Kemunculan sepeda listrik dianggap turut menenggelamkan pamor sepeda kayuh.
“Kalau dulu anak kecil masih banyak pakai sepeda mini. Tapi sekarang sudah banyak yang menggunakan sepeda listrik,” ujar Saudi lirih.
Baca juga: Punya Nama Unik, Marsotel di Jalan Mangunsarkoro Jepara Bikin Penasaran Pembeli
Kini, harapan satu-satunya adalah kebangkitan tren bersepeda, seperti masa lalu yang indah itu.
“Kalau harapan kami tentu pasar sepeda bisa diramaikan kembali,” pungkasnya dengan senyum yang menyimpan banyak cerita.
Editor: Haikal Rosyada