BETANEWS.ID, KUDUS – Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Kabupaten Kudus sepekan ini, mengakibatkan sawah di beberapa wilayah gagal panen atau puso.
Kabid Tanaman Pangan dan Perkebunan Dispertan Kabupaten Kudus, Agus Setiawan mengatakan, lahan pertanian di Kudus yang terkena dampak banjir seluas 916 hektare. Sedangkan lahan yang mengalami gagal panen ada sebanyak 389 hektare.
Baca Juga: Pemkab Kudus Akan Bangun 2 Pustu Baru, Segini Alokasi Anggaran dan Lokasinya
“Resiko puso itu bisa kita tekan seminimal mungkin. Meskipun dari beberapa genangan yang terkena di luasan sekitar 900an hektare, yang puso di angka 300an hektare. Dibandingkan di tahun kemarin, di angka ribuan hektare tanaman mengalami puso,” bebernya saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (11/2/2025).
Kerugian ratusan hektar lahan yang mengalami puso ditaksir sekitar Rp3,8 miliar. Jumlah tersebut dari hasil perhitungan biaya produksi petani per hektarnya maksimal Rp10 juta dikalikan dengan jumlah areal lahan yang mengalami puso sebesar 389 hektar.
“Jadi di Kecamatan Undaan yang mengalami puso di Desa Lambangan, Kalirejo, Medini, Sambung dan di Kecamatan Kaliwungu, Setrokalangan, Garung Kidul, Kedungdowo, Banget, Penambatan Lor, dan Prambatan Kidul. Masing-masing tanaman berusia beragam, antara 30-70 hari. Sedangkan untuk varietas tanaman dari berbagai varietas padi. Ada inpari 32, chrg, dan ketan,” imbuhnya.
Daerah yang mempunyai potensi genangan, ke depannya diharapkan bisa melakukan percepatan tanam, dengan memanfaatkan sisa air genangan. Sehingga resiko puso itu bisa ditekan seminimal mungkin.
“Prioritas proses percepatan tanam ini di Kecamatan Undaan, terutama di bagian Utara, seperti Larikrejo, Wates, Ngemplak, Karangrowo, Kutuk yang dialiri sepanjang saluran sungai juwana. Termasuk juga di daerah Mejobo. Mudah-mudahan dengan pola ini revitalisasi dan normalisasi tanggul harapannya nanti kedepan panen bisa lebih maksimal,” jelasnya.
Baca Juga: Peringati HPN, PWI Kudus Tanam Ratusan Pohon Bersama Peka Muria
Ia menganggap, proses percepatan tanam yang dilakukan di awal-awal MT 1, di beberapa wilayah terutama daerah yang dialiri air sepanjang Sungai Juwana lebih diprioritaskan. Hal itu dikarenakan, daerah tersebut sangat riskan apabila tidak dilakukan percepatan tanam.
“Dengan strategi yang kami lakukan bersama kelompok tani untuk melakukan proses percepatan tanam dengan memanfaatkan sisa-sisa air tampungan (genangan) dengan cara pompanisasi. Meskipun saat ini ada genangan, tapi kondisi tanamannya masih tetap bisa di panen,” tuturnya.
Editor: Haikal Rosyada