BETANEWS.ID, KUDUS – Di tepi Jalan Lambao Singocandi, Desa Singocandi, Kecamatan/Kabupaten Kudus, terdapat kedai yang menjual aneka menu olahan tepung aci yang terlihat begitu ramai. Di sana, tampak seorang perempuan dan karyawannya sedang meracik menu pesanan pelanggan, yakni cireng gebyur dan baso aci. Setelah jadi, ia pun memberikannya kepada pembeli.
Perempuan yang diketahui bernama Lestari (30) itu rupanya adalah pemilik kedai Omah Aci Mamake. Saat ditemui, ia menjelaskan usaha kedai bermula dari keisengannya menjual baso aci di akhir tahun 2019.

“Awalnya iseng dan gabut, karena aku dulu sering keluar kota ngurus usaha papper bag. Sampai tahu dan cobain baso aci terus pengen jualan aja. Pas lagi gabut beli dari sana dijual di Kudus secara online, ternyata pada suka. Terus ikutan jual di CFD,” jelasnya.
Baca juga: Cobain Cireng Banyur di Omah Aci Mamake, Kuah Segar dan Pedasnya Bikin Auto Ngiler
Karena melihat prospek yang bagus, ia lantas membuka stan di salah satu bioskop di Kudus awal tahun 2020. Tak menyangka, sambutan dari pembeli membuatnya kewalahan melayani permintaan.
“Jadi sering banget kewalahan karena saat itu saya masih ambil baso aci dari Bandung yang datangnya lama banget. Dari situ untuk mengatasi saya bikin sendiri baso aci dengan resep dari YouTube. Butuh waktu dua bulan sampai dapat rasa dan tekstur boci yang pas,” ungkapnya.
Tak berselang lama, Tari memindahkan outletnya itu di dekat kampus UMK dan mendapat respon positif pula. Namun, ia harus gigit jari ketika pandemi covid-19 melanda Kudus. Bahkan, ia harus terpaksa menutup kedainya selama tiga bulan dan memberhentikan beberapa karyawan.
“Selama tutup itu, malah menjadi tantangan buat saya. Jadi saya mulai coba bikin banyak menu dari aci seperti cireng, cimol, cimak dengan varian isi sebagai pembeda. Ternyata malah diterima dan banyak pesanan lagi,” ujarnya.
Baca juga: Berguru ke YouTube dan Mulai Bisnis Kuliner dengan Sistem PO, Uliya Kini Punya Outlet dan 2 Karyawan
Sejak saat itu, Tari lantas fokus dengan usaha olahan tepung aci yang dijualnya dalam bentuk bekusecara online melalui Shopee. Dari kegigihannya itu, kini dalan sehari ia bisa menerima ratusan pesanan.
“Untuk penjualan online ada yang dari Kudus juga, hampir seluruh kota di Pulau Jawa, Batam, Kendari, Sulawesi. Kalau offline dari kalangan anak sekolah sampai dewasa. Untuk omzet rata-rata satu bulan 7-10 juta,” tandasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin