BETANEWS.ID, KUDUS – Tangan keriput perempuan tangan setengah baya begitu cekatan memasukkan arang ke dalam kantong plastik. Di belakangnya, belasan pelanggan menunggu arang yang sedang ia bungkus. Sesekali ia juga menjawab permintaan dan pertanyaan harga para pembeli tersebut. Perempuan itu, yakni Ngatini penjual arang yang selalu laris jelang Hari Raya Iduladha.
Ditemui di kiosnya yang berada di tepi utara Jalan Raya Kudus – Jepara tepatnya di depan ADA Swalayan Kudus, perempuan berusia 53 tahun itu menuturkan, setiap jelang Hari Raya Idul Adha, ia selalu dapat berkah. Yaitu penjualan arangnya selalu laris manis diburu para pembeli.

Baca juga : Penjualan Alat Pemanggang Sate Pun Kena Dampak PPKM Darurat
“Jelang Iduladha, penjualan arang memang selalu laris. Sama dengan tahun sebelumnya, penjualan arang jelang Hari Raya Iduladha tahun ini juga laris manis,” ujar Ngatini kepada Betanews.id, Senin (19/7/2021).
Perempuan yang sudah berjualan arang selama 30 tahun itu mengungkapkan, sebenarnya sesudah Hari Raya Idul Fitri tahun ini, penjualan arang mulai ada peningkatan, meski tak signifkan. Puncak peningkatan penjualan arang itu sekitar sepekan sebelum Hari Raya Iduladha.
“Sekitar sepekan yang lalu, penjualan arang meningkat drastis. Bahkan dalam sehari saya bisa menghabiskan arang sekitar 30 karung besar,” bebernya.
Dia menuturkan, menjual arang sesuai kemasannya. Untuk kemasan kantong kresek ia hargai Rp 1.500, Rp 3 ribu serta Rp 5 ribu. Tergantung besar dan kecil kantong kreseknya. Ia juga melayani pembelian dalam partai besar, misal satu karung besar yang dibanderol Rp 140 ribu.
“Saya memang melayani pembelian arang secara ecer dan grosir. Sebab di sini memang pusatnya penjualan arang di Kudus. Pelanggan saya selain perorangan juga banyak para bakul, yang nantinya arang tersebut akan dijualnya lagi,” jelasnya.
Untuk pelanggan arang, kata dia, masih sekitar Kudus saja. Sedangkan arang ia dapatkan dari Kabupaten Jepara. Ia pun mengakui, pada tahun ini untuk mendapatkan arang agak susah.
“Pasokan arang yang susah itu dikarenakan, jelang Iduladha banyak orang beralih pekerjaan jadi penjual arang. Sehingga dari yang memproduksi arang itu harus dibagi ke semua para penjual arang,” ungkapnya.
Baca juga : Mendekati Iduladha, Penjualan Besek di Jepang Meningkat
Tidak hanya arang saja, lanjutnya, ia juga menjual tusuk sate dari bambu serta alat pembakaran sate. Menurutnya, sama dengan arang, tusuk sate dan alat pembakaran sate saat ini juga laris. Bahkan sehari sebelumnya, dia mampu menjual habis seribu ikat tusuk sate.
“Untuk tusuk sate saya jual dengan harga Rp 2 ribu per ikat. Sedangkan alat pembakaran sate harganya mulai Rp 12 ribu sampai Rp 25 ribu per unit. Jelang Hari Raya Iduladha ketiga daganganku laris semua, Alhamdulillah,” tutup Ngatini.
Editor : Kholistiono