BETANEWS.ID, KUDUS – Paska lebaran, kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus melonjak drastis. Bahkan lebih dari seribu kasus yang merupakan tertinggi sejak virus corona melanda negeri ini. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Kudus dr Ahmad Syaifuddin mencoba menerangkan secara rinci sebab kasus Covid-19 di Kota Kretek ini melonjak tertinggi di Jawa Tengah, serta masuk zona hitam.
Pria yang akrab disapa Syaifuddin tersebut mengatakan, sebab munculnya penambahan kasus Covid-19 yang sangat signifikan di Kabupaten Kudus ini harus ditarik mundur dua pekan sebelum Lebaran. Bisa dilihat, dua pekan sebelum Lebaran atau pertengahan Bulan Ramadan banyak kerumunan terjadi di mana-mana, warga pun mulai abai terhadap protokol kesehatan.
Baca juga : Bertambah 241 Kasus Positif Covid-19 di Kudus Hari Ini, Tertinggi Sejak Lebaran
“Kita bisa lihat kan kemaren. Mulai pertengahan Bulan Ramadan bagaimana ramainya Kabupaten Kudus. Semua mal ramai, semua tempat wisata buka. Banyak warga yang mengadakan buka bersama, sehingga terjadi kerumunan. Serta disiplin penerapan protokol kesehatannya mulai kendor. Puncaknya ya sekarang ini,” ujar Syaifuddin kepada Betanews.id, Sabtu (29/5/2021).
Tidak hanya itu saja, lanjut Syaifuddin, sebelum Lebaran, banyak warga Kudus yang nekat mudik dari perantauan. Walaupun saat itu dikatakan pemudik yang positif hanya beberapa saja, tapi itu kan hasil tes dari antigen. Sedangkan tes antigen itu ada negatif palsu. Maksudnya, hasil tesnya negatif padahal aslinya positif.
“Lha ketika orang yang negatif palsu tersebut kemudian kumpul sama keluarga dan berinteraksi dengan orang lain. Yang tentu berpotensi menularkan Covid – 19. Sehingga puncaknya meledak kasus Covid – 19 di Kudus ya sekarang. Apalagi sebelumnya kan ada Lebaran, halalbihalal dan lain sebagainya,” jelasnya.
Dia menuturkan, semua hal tersebut adalah aspek penyebab meningkatnya kasus Covid – 19 di hulu. Ketika aspek di hulu berantakan, maka angka kasus Covid – 19 pasti akan meningkat. Tentunya hal tersebut akan berefek pada aspek hilirnya. Di mana itu akan berpengaruh terhadap fasilitas kesehatan di rumah sakit yang ada di Kudus.
“Seperti biasanya, paska Lebaran kasus penyakit noncovid pasti meningkat. Karena sebelumnya orang yang puasa pola makannya terkontrol jadi tidak terkontrol. Sehingga, Ketika kasus Covid – 19 dan noncovid meningkat bersamaan, maka akan mengakibatkan chaosnya sistem kesehatan,” bebernya.
Setelah panjang lebar bicara segala aspek penyebab melonjaknya kasus Covid – 19, Kemudian Syaifuddin menjelaskan solusinya. Dia menuturkan, untuk menurunkan kasus Covid – 19, pertama yang harus diperbaiki adalah sumbernya. Sumbernya di mana, ada di perilaku masyarakat. Ketika masyarakat tidak disiplin menjalankan protokol kesehatan, maka kejadiannya seperti ini, kasus Covid – 19 meningkat.
“Oleh sebab itu, yang penting adalah kesadaran masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan. Terutama pakai masker, hindari kerumunan, serta selalu jaga jarak,” ungkapnya.
Tak lupa ia juga mengomentari langkah – langkah Pemerintah Kabupaten Kudus dalam penanggulangan Covid – 19 yang melonjak tajam. Menurutnya, langkah kebijakan Pemerintah Kabupaten Kudus dalam upaya penanggulangan Covid – 19 sudah benar. Dengan melakukan pembatasan bersifat sosial. Di antaranya, akses jalan ditutup, tempat wisata ditutup, serta jam operasional restoran juga dibatasi.
“Saya mengapresiasi langkah Pemerintah Kabupaten Kudus dalam upaya menanggulangi melonjaknya kasus Covid – 19. Tinggal konsistensi penerapan aturannya terutama di tempat wisata religi,” ujarnya.
Baca juga : Bupati Kudus: ‘Tutup Tempat Wisata dan Maksimalkan Jogo Tonggo’
Dia mengatakan, sebenarnya kalau semua lapisan masyarakat mau bersabar selama dua pekan saja, selama kurun waktu tersebut masyarakat disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, tidak berkerumun selama dua pekan saja, Insya Allah kasus Covid – 19 di Kudus pasti langsung turun dengan cepat. Namun, kalau masih tidak disiplin, maka kasus Covid – 19 ini tidak akan selesai – selesai.
“Padahal hanya dua pekan, dan kenapa harus dua pekan. Sebab masa inkubasi dan penyebaran virus itu sekitar dua pekan. Virus Covid – 19 itu tidak kasat mata. Kita tidak tahu ada orang positif tapi tanpa gejala kan ada. Oleh sebab itu mari jangan egois dan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan, karena Covid – 19 nyata adanya,” tutupnya.
Editor : Kholistiono