BETANEWS.ID, KUDUS – Di tepi barat Jalan Tambak Lulang, tepatnya di RT 01 RW 04, Desa Ploso, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus tampak rumah berwarna biru. Di halaman pelataran rumah tersebut, terlihat pria paruh renta sedang bersila memegangi pisau. Pisau tersebut digunakan untuk merapikan bambu yang akan dijadikan kerangka layangan. Pria tersebut bernama Parwan (79) satu – satunya perajin layangan berkarakter yang ada di Kudus.
Parwan mengakui sejak dahulu hanya dirinya di Kudus yang mampu membuat layangan kain menyerupai berbagai bentuk. Tidak hanya itu saja, layangan buatannya itu bisa dilipat jadi bisa dibawa kemana saja tanpa memakan tempat. Layangan hasil karyanya juga terbuat dari kain jadi tidak mudah rusak dan dijamin bisa terbang.
“Membuat layangan dari kain itu perencanaanya harus pas. Salah sedikit, layangan tidak bisa terbang. Karena itu, setiap layangan aneka bentuk karakter yang saya buat juga sudah digoci. Dijamin bisa terbang asal gocinyan nanti jangan diubah,” terang Parwan kepada betanews.id
Parwan menambahkan, selain goci, kerangka layangan yang terbuat dari bambu jangan terlalu berat. Besarnya disesusaikan, pembagian panjang sayap juga harus seimbang. Kain yang digunakan untuk pelapis juga kain yang ringan serta tidak mudah sobek. Soalnya layangan terbang itu, selain faktor angin juga keseimbangan berat dan ukuran layangan itu sendiri.
Pria yang memiliki tiga orang putra itu mengatakan, selain membuat layangan berbentuk ikan Petek. Dia juga bisa membuat layangan beraneka bentuk hewan. Di antaranya, bentuk burung, kelelawar, kupu – kupu dan lain sebagainya. Sedangkan lama pembuatan, Parwan mengaku membutuhkan waktu dua hari untuk menyelesaikan satu layangan besar dengan bentuk yang disebut tadi.
“Pokoknya menerima pesanan sesuai keinginan pelanggan. Pelanggan pingin layangan bentuk apa, saya pasti bisa membuatnya. Dijamin bisa terbang soalnya sebelum layangan sampai ke tangan pelanggan, terlebih dulu layangan itu saya uji coba. Setelah pasti bisa terbang, baru saya lepas ke pelanggan,” ujar Parwan.
Menurutnya, layangan beraneka bentuk karyanya itu tidak hanya diminati orang Kudus saja. Tapi sudah pernah dibeli orang Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota besar lainnya. Untuk harga, dirinya mematok harga bervariasi. Harga ditentukan ukuran layangan tersebut. Layangan aneka bentuk dengan ukuran kecil satunya dihargai Rp 30 ribu. Sedangkan yang besar dijual Rp 75 ribu per buah.
Menurutnya, berbeda dengan layangan bentuk ikan petek yang setiap hari produksi. Layangan besar aneka bentuk hewan itu dibikin pada bulan tertentu. Karena pesanan atau laku terjual biasanya pada Agustus. “Agustus itu biasanya pas musim kemarau, biasanya ada perlombaan layangan. Saat itulah layangan aneka bentuk miliku laris dan banyak pesanan,” ungkap Parwan.
Editor : Kholistiono