31 C
Kudus
Kamis, Maret 20, 2025

Hati Jesi Bergejolak Saat Perankan Karakter Pemabuk dalam Pentas Teater Keset ke-14

SEPUTARKUDIS.COM, UMK – Ratusan penonton terdiam saat pemeran juragan menembak wartawan di akhir cerita pementasan Keluarga Segitiga Teater (Keset), di Auditorium Universitas Muria Kudus (UMK), sabtu (18/2/2017) malam. Tampak seorang pria mengenakan kaus berwarna merah dengan celana pendek, berjalan keluar usai pementasan. Pria yang berperan menjadi juragan itu tak lain Muchammad Zaini (31).

Pentas Teater Keset
Pentas Produksi Teater Keset ke-14 di UMK. Foto: Ahmad Rosyidi

Kepada Seputarkudus.com, pria yang akrab disapa Jesi tersebut mengaku hatinya bergejolak saat membawakan karakter juragan dalam naskah berjudul “Rumah Tak Beratap Rumah Tak Berasap” karya Akhudiat tersebut. Menurutnya, karakter juragan berlawanan dengan karakter dirinya.

Jesi, mengaku pernah memainkan peran sekitar 50 kali. Tetapi dia merasa kesulitan untuk menjiwai peran dalam pentas itu. Bahkan ini menjadi peran yang dinilai paling sulit selama ini. Selain waktunya yang terbatas untuk latihan karena tuntutan kerja dan untuk keluarga, karter juragan yang suka mabuk-mabukan dan bermain wanita sangat jauh dari kehidupannya.

-Advertisement-


”Saat memainkan peran sebagai juragan hati saya benar-benar bergejolak. Sebenarnya bukan saya pilihan utamanya. Karena yang memerankan sebelumnya mengundurkan diri, kemudian teman-teman menunjuk saya, dan saya pun sempat menolak. Tidak ada pilihan lain, akhirnya saya coba,” terang warga Desa Lawu, Kecamatan Dawe, Kudus itu.

Baca juga: Meski Tak Paham Bahasanya, Orang Sunda Ini Kagumi Pentas Teater Keset yang Digelar di UMK 

Menurut Jesi, dialog yang tertulis lima halaman dalam naskah itu terasa 150 halaman. Sangat berbeda dengan naskah-naskah yang pernah dia mainkan, 40 halaman terasa lima halaman. Meski sudah tiga bulan latihan, dia masih merasa baru 80 persen menjiwai peran sebagai juragan.

“Saya juga heran, rasanya sangat sulit memainkan karakter ini. Biasanya naskah 40 halaman itu rasanya seperti lima halaman. Tetapi naskah ini berbeda, lima halaman rasanya 150 halaman,” ungkap pria satu anak itu.

Nurhadi (34), sutradara dalam pentas produksi Teater Keset ke-14 tersebut mengungkapkan, naskah yang dipentaskan kali ini termasuk surealis. Setiap orang bisa menangkap makna yang berbeda-beda. Banyak pesan moral yang bisa diambil dari pementasan tersebut, “Jika menjalani profesi wartawan, jangan suka memelintir informasi dan memberitakan yang buruk. Juragan juga hidupnya hancur karena terlena oleh harta, tahta, dan wanita,” ungkap warga Dukuh Lemah Gunung, Desa Krandon, Kota Kudus itu.

Cipo, begitu Nurhadi biasa disapa, menjelaskan, sebelum pementasan dilakukan, dirinya sering melakukan pergantian pemain. Hal itu dilakukan karena saat latihan sering kali ada pemain yang tidak bisa datang. Meski begitu latihan tetap jalan rutin dijalankan setiap malam Rabu dan malam Jumat pukul 19.30 WIB hingga pukul 23.30 WIB.

“Meski butuhkan waktu tujuh bulan untuk latihan, dan sering bongkar-pasang pemain, bahkan pementasan kurang tiga pekan peran wartawan harus diganti karena pemain mengundurkan diri. Kami memang harus saling memahami, karena kami juga punya pekerjaan dan keluarga. Jadi kadang ada hal yang tiba-tiba harus berubah,” jelas pria dua anak itu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER