BETANEWS.ID, JEPARA – Limbah kayu bekas mebel yang oleh masyarakat biasanya digunakan sebagai bahan kayu bakar, di tangan Budi Mulyo (50) warga Desa Pecangaan Kulon, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara mampu diubah menjadi berbagai jenis miniatur.
Budi bisa membuat beberapa jenis miniatur, mulai dari berbagai jenis kendaraan seperti mobil, truk, truk kontainer serta miniatur rumah dan tempat ibadah.
Ia sengaja menggunakan bahan dari limbah, karena melihat potensi limbah kayu di Jepara sangat melimpah. Limbah yang ia gunakan biasanya dari limbah kayu jati dan mahoni.
Baca juga: Melihat Proses Pembuatan Miniatur Kapal Trawl di AGC Demak
“Limbah ini, kan, bahan yang tidak berguna, makanya kita alihkan ke barang yang bernilai ekonomis serta ada nilai kemanfaatannya. Limbah kayu ini daripada cuma berakhir jadi bahan kayu bakar makanya saya olah jadi miniatur ini,” katanya di sela menyelesaikan pesanan mobil lamborghini, Kamis (22/8/2024).
Untuk satu buah miniatur buatannya ia jual dengan harga mulai dari Rp800 ribu – 9 juta rupiah, tergantung detailnya.
“Jadi kecil bukan berarti lebih murah atau besar lebih mahal tidak, tapi memang tergantung kerumitan dari miniaturnya itu,” katanya.
Ia sendiri mulai membuat miniatur sejak 2015, berawal dari membuat mainan miniatur untuk kegiatan Pawai Baratan di Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan. Miniatur yang ia buat saat itu juga berasal dari bahan limbah, yaitu dari pohon rembulung.
“Terus dari situ saya mulai berpikir untuk mengembangkan dari bahan lain, akhirnya terbentuk ini miniatur dari kayu,” ujarnya.
Baca juga: Ramai Peminat, Ridwan Bisa Jual Puluhan Miniatur Truk Oleng Setiap Pekan
Saat awal membuat miniatur, ia membutuhkan waktu satu bulan untuk menyelesaikan satu buah miniatur mobil dan kini hanya butuh waktu 10 hari.
Ia mengatakan bahwa miniatur buatannya sudah dipesan oleh beberapa pejabat di Kabupaten Jepara. Yang paling ia ingat yaitu saat mendapatkan pesanan dari Plt Bupati Jepara, Ihwan Sudrajat pada 2017.
“Saat itu ia pesan satu bus. Terus dia bilang minta dibikinin lagi bus yang bisa dipajang dan bisa mendengarkan musik. Akhirnya saya kolaborasi sama teman-teman dicolokkan ke listrik bisa buat dangdutan,” pungkasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin