BETANEWS.ID, KUDUS – Meski harga gabah di Kudus naik saat musim kemarau, petani tetap tak bisa untung banyak karena hasil panen turun. Menurut Penebas gabah, Wasiran, saat ini harga gabah sudah naik mencapai Rp700 ribu per kuintal dari harga normal Rp500 ribu.
“Harga itu sangat mahal. Sebab, harga gabah ketika panen di musim hujan itu Rp500 ribu per kuintal. Itu sudah bagus,” ujar Wasiran saat ditemui di lokasi panen, Desa Jati Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Selasa (12/9/2023).
Dia mengungkapkan, harga gabah Rp700 ribu per kuintal itu terjadi sejak dua pekan yang lalu. Menurutnya, gabah mahal itu dikarenakan kemarau panjang sehingga jarang ada panen.
Baca juga: Petani Undaan Keluhkan Masalah Irigasi, Anggota DPRD Kudus Langsung ‘Terjun’ ke Sungai
“Dampaknya, gabah langka. Ketika barang langka otomatis harganya pun naik,” bebernya.
Menurutnya, panen padi di musim penghujan biasanya mampu menghasilkan delapan ton per hektare. Jika harganya Rp500 ribu per kuintal, petani bisa mendapatkan uang Rp40 juta. Sementara di musim kemarau hasilnya turun jadi hanya lima ton. Jika harganya Rp700 ribu per kuintal, petani bisa mendapatkan uang Rp35 juta
“Sehingga hasil panen padi di musim penghujan tetap jauh lebih banyak dari pada panen di musim kemarau,” jelasnya.
Baca juga: Geram Tak Digubris Pemerintah, Petani Undaan Patungan Keruk Sungai Jeratun
Ia mengatakan, untungnya di musim kemarau ini ada kenaikan harga gabah yang cukup tinggi. Apabila tidak, tentu petani bisa merugi.
“Kalau harga gabah tidak mahal, petani bisa merugi. Saya ini penebas sekaligus petani jadi tahu. Sekarang ini harga pupuk nonsubsidi mahal, sementara pupuk subsidi dibatasi,” keluhnya.
Editor: Ahmad Muhlisin