BETANEWS.ID, KUDUS – Aji (21), warga Desa Purworejo, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus tewas setelah dikeroyok puluhan orang di sebuah karaoke di Kecamatan Jati. Meski sempat dirawat selama 29 hari di rumah sakit, tapi nyawanya tak terolong dan meninggal, Selasa (15/8/2023).
Ayah korban, Mohari mengatakan, pada 20 Juli 2023, anaknya dikeroyok kurang lebih 35 orang di tempat karaoke yang berada di Kecamatan Jati.
“Kejadian pengeroyokan itu terjadi pada 20 Juli 2023 dini hari sekira pukul 2:00 WIB. Setelah itu anak saya dirawat selama 29 hari di ICU dan dinyatakan meninggal tadi malam,” ujar Mohari kepada awak media, Rabu (16/8/2023).
Baca juga: Miris, Masih Banyak Perempuan Hamil di Usia Belum Ideal di Kudus
Dia mengatakan, pada malam nahas tersebut, anaknya bersama 11 rekan yang lain sesama warga Desa Purworejo datang ke tempat karaoke. Setelah selesai menyanyi dan mau pulang, anaknya tersebut dikeroyok hingga babak belur.
“Atas kejadian tersebut, teman-teman anaknya melaporkan kasus tersebut ke Polres Kudus. Tuntutan saya denda sebesar Rp400 juta untuk perdatanya. Sementara yang hukum pidana sesuai hukum yang berlaku pembunuhan berencana,” tegasnya.
Mohari menganggap bahwa pembunuhan terhadap anak keduanya merupakan pembunuhan berencana. Sebab, pengeroyokan terhadap putranya tersebut direncanakan terlebih dulu.
“Pengeroyokan anak saya itu sudah direncanakan. Karena sebelumnya ada pemandu karaokenya (PKnya) yang ngomong bahwa nanti malam ada ancaman pengeroyokan, dan PKnya nggak berani manggung,” ungkapnya.
Baca juga: Kerap Ugal-Ugalan, Ojek Menara Terpaksa Ditertibkan Satlantas Kudus
Disinggung terjadinya musibah tersebut karena adanya karaoke ilegal yang masih nekat buka, Mohari meminta agar tempat karaoke yang jadi lokasi pengeroyokan anaknya tetap ditutup. Jika tempat karaoke itu dibuka sementara kasus perkara anaknya belum selesai, ia pun akan membongkar karaoke tersebut.
“Pokoknya sebelum kasus anak saya selesai tempat karaoke itu tidak boleh dibuka. Kalau nekat buka akan saya bongkar, berani saya,” ucapnya dengan nada tinggi.
Editor: Ahmad Muhlisin
