31 C
Kudus
Senin, April 28, 2025

Usai Saksikan Kolaborasi Rebana dan Musik Rock, Ragil Ingin Belajar Musik Terbang Papat

SEPUTARKUDUS.COM, UMK – Suara gemuruh tepuk tangan terdengar usai pementasan kolaborasi antara Terbang Papat Mushlihul Wildan dengan gitaris asal Kudus Budi Kentos, di Auditorium Universitas Muria Kudus (UMK). Mereka tampil adalam acara bertema “Harmonisasi Bunyi”. Satu di antara pengunjung yang hadir, Ragil Budiono (24). Usai menyaksikan Terbang Papat, dia mengaku ingin belajar dan bisa ikut melestarikan budaya Kudus.

Qomarul Adib (paling kanan) memaparkan sejarah Terbang Papat di acara Fasbuk 2017_5
Qomarul Adib (paling kanan) memaparkan sejarah Terbang Papat di acara Fasbuk. Foto: Ahmad Rosyidi

Ragil, begitu dia akrab disapa, sudi berbagi cerita kepada Seputarkudus.com tentang keinginannya belajar musik tradisional khas Kudus tersebut. Setelah mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Forum Apresiasi Sastra Dan Budaya Kudus (Fasbuk) bekerjasama dengan HPM SI dan didukung Djarum Foundation Bakti Budaya, dia merasa tertarik untuk belajar Terbang Papat.

-Advertisement-

Sebelumnya, Ragil mengaku sudah tahu tentang Terbang Papat, karena dirinya tergabung dalam grup rebana dan ada kelompok Terabang Papat di desanya. Dia juga mengaku pernah mencoba memainkannya, tetapi merasa kesulitan karena notasinya tidak sama dengan rebana yang biasa dia mainkan.

“Sebelumnya saya sudah pernah mencoba memainkan musik Terbang Papat, tetapi hanya iseng mencoba. Mungkin ke depan saya akan belajar musik Terbang Papat agar bisa ikut melestarikan budaya Kudus,” terang warga Desa Kesambi, Kecamatan Mejobo, Kudus itu.

Menurutnya, acara tersebut sangat menarik dan bagus untuk kalangan pemuda. Dia juga senang dengan forum-forum apresiasi budaya agar pemuda tetap menjaga dan mencintai budayanya. “Saya sangat senang dengan kegiatan-kegiatan seperti ini. Tetapi saat Terbang Papat kolaborasi dengan musik Rock, ada yang aneh, rasanya kurang pas,” tambahnya.

Dalam diskusi yang digelar usai pementasan, Budi Kentos mengungkapkan, dirinya sempat merasa kesulitan menyesuaikan musik gitar dengan genre rock yang dipadukan dengan musik tradisional Terbang Papat. “Tadi spontan, tidak ada latihan,” jelas juara satu dan juara umum Festival Rock se-Jawa Tengah, Djarum Super Konser Musik Jamrud tahun 2003 itu.

Sementara itu, personel Terbang Papat Mushlihul Wildan menjelaskan upaya menjaga regenerasi kelompoknya. “Upaya untuk mengajak generasi muda di desa kami dengan memperkenalkan musik Terbang Papat kepada anak-anak. Setelah membaca Surat Yasin kami mengajak anak-anak untuk berlatih bersama agar terbiasa dengan musik Terbang Papat sejak dini,” jelasnya dalam diskusi.

Qomarul Adib, selaku narasumber diskusi, menyampaikan, Terbang Papat adalah peninggalan para Wali. Terbang Papat digunakan untuk menyebarkan agama dan menepis aktivitas negatif saat ada acara syukuran, misalnya mabuk-mabukan dan judi. Di berbagai desa di Kudus ada Terbang Papat, tetapi mengalami kendala untuk regenerasi, karena musik tersebut kurang diminati kalangan pemuda.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER