SEPUTARKUDUS.COM, PURWOREJO – Di studio lukis di tepi Jalan Kudus-Colo, Purworejo, Bae, Kudus, tampak beberapa kayu berukir naga, serta ornamen bentuk lain terpajang di tempat tersebut. Di pojok studio terlihat seorang pria berambut gondrong mengenakan kaus oranye sedang memotong rambut. Pria tersebut bernama Tarmudzi (42), seorang seniman lukis di Kudus yang rela mencukur untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Seusai memotong rambut pelangganya, Turmudzi bersedia berbagi kisah hidupnya kepada Seputarkudus.com. Dia mengungkapkan, seorang pelukis senior Kudus bernama Bambang Dalyoko, pelukis Kudus terkadang masih suka “melacur”. Dia menjelaskan, banyak pelukis Kudus yang masih yambi bekerja di bidang lain atau mungkin menerima order selain melukis.
“Satu di antaranya pelukis Kudus yang masih melacur itu ya diriku sendiri. Karena jujur aku bukan seorang idealis yang menggantungkan hidupku hanya pada melukis. Tapi jujur, sebenarnya aku lebih senang melukis daripada mengerjakan order lain. Namun karena prospek pemasaran lukisan masih kurang, aku terpaksa ‘melacur’ dengan menerima order selain melukis,” ungkap Turmudzi.
Pria yang baru dikaruniai satu anak itu mengungkapkan, selain melukis, saat ini dirinya mencukupi kebutuhan keluarganya melalui banyak pekerjaan, di antaranya mencukur rambut. Dia gunakan studio lukisnya untuk menjalani pekerjaan tersebut.
“Selain melukis, saya juga bisa mencukur. Setiap pelanggan yang datang untuk potong rambut, tidak saya kenakan biaya mahal, cukup Rp 7 ribu saja,” ujarnya.
Dia mengatakan, selama menekuni dunia lukis, dia mengakui juga menerima order lain, yakni mengukir. Hal tersebut terpaksa dilakukannya untuk mendapatkan penghasilan lain, dari sepinya order melukis. Sebenarnya diakui Turmudzi sebelum melukis dia terlebih dulu mengais rezeki dengan mengukir di Jepara.
Namun sejak tahun 2000, dia mengaku order ukiran dia kerjakan di rumahnya di Kudus. Sejak mengukir di rumah setiap ada waktu senggang dia gunakan untuk melukis. “Pokoknya mana yang ada order aku kerjakan, entah itu melukis, ataupun mengukir,” tuturnya
Dia mengungkapkan, ukiran sepesialisasinya yakni Relief Lung. Dia menuturkan, biasanya diberi order untuk mengukir meja, serta hiasan dinding. Kata dia, dari kerjaanya tersebut bisa menerima upah antara Rp 1,2 juta hingga Rp 4 juta.
“Upah tergantung dari kerumitan ukiran dan aku kira-kira dengan lama pengerjaan. Selain harga tersebut aku juga pernah menerima order mengukir dengan upah Rp 15 juta. Saat itu aku diminta mengukir relief lung dengan obyek flora dan fauna. Memang rumit sih tapi upahnya sesuai harapan,” ungkapnya.
Dia mengungkapkan, dua tahun terakhir order ukiran dari Jepara sepi. Dengan sepinya order tersebut dia mengaku menerima order ukir apa saja di antaranya, ukir figura, kepala biola, dan lainnya. Dia mengatakan, menerima order pesanan ukiran jenis apapun, dengan obyek apapun, kecuali gambar dewa. “Bukannya gak bisa ya, tapi aku tidak berani,” jelasnya.
Meski dua tahun terakhir pesanan jasa ukir dan lukisan sepi, namun dirinya berharap ke depan dua hasil karyanya tersebut diminati banyak orang. Sehingga dirinya bisa mewujudkan cita-cita yakni mendirikan museum untuk memajang lukisan dan ukiran karyanya, serta memajang benda seni yang dimiliki, di antaranya koleksi keris.