SEPUTARKUDUS.COM, KAJEKSAN – Cover buku ini bergambar
lelaki memakai baju putih, bersarung dan berpeci, serta mengenakan sandal jepit di kakinya. Cover buku tersebut juga menampilkan
gambar puluhan santri, namun dibuat transparan menyatu dengan warna buku
dominan hijau. Buku ini berjudul “Santri Membaca Zaman” yang dilauncing saat
acara Silaturrahim Nasional (Silatnas) dan Ngaji Bareng Masyayikh Tasywiquth
Thullab Salafiyyah (TBS), beberapa waktu lalu.
![]() |
Buku Santri Membaca Zaman. Sumber: Santri Menara |
Buku terbitan Santri Menara Pustaka dan Aswaja Pressindo,
kata satu di antara penggagas acara Silatnas, Abdulloh Hamid, pembuatannya seperti membangun Candi Prambanan yang menurut cerita dilakukan semalam. Dia menuturkan, pembuatan buku ini pihaknya hanya butuh waktu sepekan.
alumni-alumni TBS kompak. Dengan waktu singkat cuma sepekan, buku ini bisa
hadir di tengah-tengah acara Silatnas dan harlah Madrasah TBS yang ke-90,”
tuturnya kepada Seputarkudus.com.
kumpulan artikel dari alumni TBS yang membahas percikan
pemikiran kaum pesantren dalam membaca zaman. Dia menjelaskan, artikel-artikel
tersebut ditulis 25 alumni TBS dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda.
“Walaupun
waktunya singkat kami tidak pesimistis dalam menyelesaikannya. Alhamdulillah juga
langsung bisa dicetak Aswaja Pressindo. Jadi pembuatan dan
cetaknya hanya butuh waktu sepekan,” tegasnya.
Hamid meyakini buku merupajan barometer keilmuan. Akhirnya, tercetuslah ide membuat buku yang juga senada
dengan tema Silatnas Aswaja Pagar Nusantara. “Buku-buku tersebut kumpulan dari 25
artikel yang ditulis oleh alumni TBS dengan editor Nur Said dan Izzul Mutho,”
jelasnya.
Pada halaman prolog editor, Nur Said mengaku bersyukur
telah diterbitkannya buku yang selama ini diimpi-impikan para alumni TBS. Menurutnya,
terwujudnya buku ini tidak lepas dari karunia Allah SWT dan kekompakan
alumni-alumni TBS walau sebagian tidak kenal. Karena sama-sama tersatukan untuk
meraih mimpi yang sama, akhirnya buku ini bisa terbit.
“Inilah indahnya
kebersamaan dan kolaborasi,” tuturnya dalam prolog editor yang diberi judul
“Jadikan Membaca dan Menulis Sebagai Nafas Kehidupan Santri Nusantara”.
Dalam tulisannya, Nur Said menyebut artikel-artikel yang
ditulis merupakan refleksi para santri dalam membaca ayat-ayat-NYA, baik qouliyyah
maupun kauniyah. Sehingga melahirkan serpihan ilmu dan ide yang bisa
dijadikan alternatif acuan dalam mengembangkan pendidikan Islam di pesisir
utara.
Buku ini sekaligus menegaskan bahwa para santri sudah sepatutnya
sebagai menjaga gawang Ahlussunnah Waljama’ah (Aswaja) untuk memagari Nusantara
agar tetap berdaulat dengan nuansa Islam Nusantara yang ramah dan toleran,”
tulisnya.