KUDUS-Penampilan anak Punk yang cenderung lusuh dan awut-awutan, sering memberi kesan negatif bagi masyarakat umum. Rambut mohak berwarna-warni, kaos dan celana robek, serta lusuh tentu sangat mencolok dibanding pakaian masyarakat pada umumnya. Kehidupan jalanan dan terpisah dari orang tua, menuntut mereka untuk mencari penghidupan dari jalanan yang keras, salah satunya dengan mengamen. Hal ini sering memaksa mereka kucing-kucingan dengan petugas Satpol PP.
Di Kudus, ada banyak anak Punk yang hidup berkelompok dan nye-trit di jalan.
Keberadaan mereka sering memancing petugas Satpol PP untuk melakukan
pengejaran dan penangkapan. Berdasarkan catatan Warta Jateng, ada puluhan anak Punk yang ditangkap petugas Satpol PP dan dilakukan pendataan. Mereka yang tertangkap, selain diminta untuk tidak hidup di jalan dan kembali kepada
keluarganya, juga mencukur rambut mohak mereka.
Pendekatan lain yang dilakukan Front Perjuangan Rakyat Miskin (FPRM) Kudus
terhadap anak-anak Punk dilakukan dengan pemberdayaan mereka dengan berwira usaha. Ketua FPRM Kudus, Kholid Mawardi mengataan, pembinaan terhadap anak-anak yang mencari jati diri itu seharusnya dilakukan dengan pendekatan yang lebih baik. “Kami mengajak mereka untuk berwira usaha dengan budi daya ikan nila” papar Kholid saat ditemui di tempat budi daya ikan nila, Desa Jepang Pakis, Kecamatan Jati, Minggu (11/9). Ia berharap, dengan hidup berwira usaha anak- anak Punk dapat hidup mandiri.
Menurut Kholid, budi daya ikan nila tersebut difasilitasi oleh Unit Pelayanan
Terpadu (UPT) Balai Pelatihan Kerja (BLK) Kabupaten Kudus. Di lembaga itu
banyak memberikan fasilitas pelatihan skill dan modal kerja bagi masyarakat yang membutuhkan. “Peluang itu kemudian saya tindak lanjuti untuk mengajukan proposal pelatihan dan modal kerja budi daya ikan nila” ujar lelaki yang sering mengenakan topi tersebut.
Ditambahkan Kholid, Budi daya ikan nila dianggap paling prospektif. Pasalnya,
budi daya ikan nila dirasa relatif mudah dibanding dengan usaha lain, mengingat anak-anak Punk yang rata-rata berpendidikan rendah. Dari pendekatan tersebut, menurut Kholid, anak-anak Punk sangat antusias dan keinginan mereka untuk mau belajar sangat tinggi.
Sementara ini, anak-anak Punk yang masuk dalam daftar binaan ada sekitar dua puluh orang. Setiap hari mereka secara bergantian datang ke kolam budi daya ikan nila untuk mengurus dan merawat kolam bantuan Pemkab Kudus itu. “Agar program budi daya ikan nila ini berhasil, kami membentuk kepengurusan terhadap mereka. Ada lima orang pengurus inti yang secara serius melakukan perawatan dan pemantauan kualitas ikan, sedang yang lain hanya membantu secara bergiliran setiap hari” katanya.
Salah satu anak Punk yang menjadi pengurus inti, Kijup (27) mengaku sangat
berterima kasih atas usaha budi daya ikan nila yang diberikan. Ia mengungkapkan, sekarang ini, anak-anak Punk di Kudus yang masuk dalam komunitasnya memiliki kegiatan yang positif. Selain tidak hidup di jalan lagi, juga dapat mendapatkan bekal pengetahuan usaha untuk masa depan hidup mereka kelak. “Kami ingin membuktikan, bahwa kami mampu menjalankan usaha ini dengan baik. Harapan saya, tidak hanya budi daya ikan nila, namun juga usaha-usaha lain,” pintanya.
Sebelum budi daya ikan nila tersebut berjalan selama hampir satu bulan itu, mereka mendapat pelatihan tentang teknis perawatan dan administrasi usaha yang dilakukan pada Bulan Agustus yang lalu. Saat ini, mereka merawat lima kolam ikan nilai, masing-masing kolam memiliki luas 4,5 x 6,5 meter. Setiap kolam diisi bibit ikan nila sebanyak 18 kilogram, dengan rincian, setiap 1 kologram berisi 60 bibit ikan nila.
Jadi Kolam Percontohan
Menurut Ketua BLK Kudus, Sajad mengungkapkan, dari sejumlah budi daya ikan nila yang diberikan kepada masyarakat Kudus, kolam yang dikelola anak-anak Punk tersebut dinilai sebagai yang paling baik. Bahkan kolam yang dikelola anak- anak Punk itu dibuat percontohan. “Banyak penerima bantuan budi daya ikan nila di desa lain yang datang untuk melihat dan mencontoh, karena perkembangan ikan sangat bagus jika dibanding kolam di desa lain” paparnya.
Sajad menambahkan, dari satu kuintal bibit ikan nilam, akan dihasilkan lima kuintal ikan nila dalam waktu tiga bulan. Sebagai gambaran, harga ikan nila saat ini mencapai Rp 15 ribu/kilogram. “Itu adalah hitungan terburuk kami, jika dihitung tingkat kematian ikan mencapai 50 persen” tuur Sajad.
Selain budi daya ikan nila, Sajad berjanji akan memberikan pelatihan skill lain
kepada anak-anak Punk lain, di antaranya pelatihan skill otomotif dan pertukangan. Hal itu dilakukan karena sejauh ini anak-anak Punk dapat menunjukkan kinerja yang baik. Diharapkan pelatihan-pelatihan lain dapat memberi jalan hidup yang lebih baik, daripada hidup di jalanan. (suwoko)