Kembali ke Indonesia
SEPUTAR KUDUS – Pada tahun 1925, Sosrokartono pulang ke negeri di mana dia dilahirkan, Indonesia. Kepulangannya itu dilakukan setelah pengembaraannya yang panjang, di beberapa negara di Eropa, baik sebagai mahasiswa, maupun menjadi jurnalis di The New York Herald Tribune.
Kegagalannya mencapai gelar doktor tidak mematikan spirit intelektual tokoh ini. Bahkan, dia mencoba mendaki puncak lain yang mencoba melakukan sintesis antara intelektualisme Barat dan spiritualisme Timur.
Sosrokartono pulang untuk mengabdi kepada negeri dengan menjadi pemimpin Nationale Middlebare School di Bandung. Akan tetapi, pemerintah kolonial curiga dengan apa yang dia lakukan itu. Segala upaya dilakukan pemerintah kolonial pada waktu itu, bahkan melakukan upaya represi politik terhadap dirinya.
Upaya pelemahan secara politik atas gerakan yang dilakukan Sosrokartono oleh pemerintah kolonial, membuat dirinya memilih jalan lain, yakni mendalami spiritualisme Jawa. Untuk mengabdi dan tetap menjadi manusia yang merdeka dengan segala ide dan pemikirannya, Sosrokartono memutuskan membuka praktik pengobatan tradisional dan menempuh laku spiritual khas orang Jawa. Sebuah pilihan yang ganjil memang. Namun seganjil apa pun pilihan itu tak menutupi kontribusi Sosrokartono dalam usaha pembentukan negara Indonesia.
Solichin Salam (1987) mencatat cukup banyak tokoh kunci dalam pergerakan politik nasionalis saat itu yang berinteraksi dengan Sosrokartono. Soekarno dan Ki Hajar Dewantoro, antara lain memberi penghormatan besar kepadanya, termasuk pada laku spiritual dalam menopang laku politik mereka. (Mase Adi Wibowo)
Artikel terkait:
Sosrokartono (1) Mahasiswa pribumi pertama belajar di luar negeri
Sosrokartono (2), seoarang jenius menguasai 27 bahasa
Sosrokartono (3) simbol kebangkitan intelektual
Sosrokartono (4) kemabali ke Indonesia
Sosrokartono (5-habis) jenazahnya disemayamkan di Kudus