BETANEWS.ID, JEPARA – Tumpukan alat musik berbahan bambu menghiasi teras rumah milik Hesti Prasetya (40), perajin musik berbahan bambu dari Desa Bandengan, Rt 10/Rw 3, Kecamatan/Kabupaten Jepara.
Pria yang juga bekerja sebagai guru seni musik di SMPN 6 Jepara juga memproduksi berbagai kerajinan lain yang juga berbahan dari bambu.
Baca Juga: Bisa Pilih Desain, Pesanan Tas Sekolah di K-Tasqu Diminati Banyak Pelanggan
Sembari mengecek alat musik yang telah selesai ia buat, Prasetya bercerita, usaha yang ia rintis sejak tahun 2014 tersebut berawal dari penelitian skripsinya saat menyelesaikan tugas akhir di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
“Dulu awalnya saya itu mengajukan judul skripsi ditolak terus. Kemudian dapat info dari temen kalau di Kulonprogo ada alat musik Krumpyung yang hampir punah. Akhirnya saya kesana, wawancara sama Mbah Sumitro, kemudian saya ajukan, dan proposal saya di ACC,” katanya saat ditemui di kediamannya, Rabu (13/11/2024).
Ia melakukan penelitian tersebut sekitar tahun 2009. Baru pada tahun 2014, ia mulai memproduksi alat musik bambu sendiri. Namun pada saat itu, alat musik yang ia produksi hanya ia gunakan untuk komunitasnya sendiri yaitu Carang Pakang.
Satu tahun kemudian, pada tahun 2015 ia mengaku mulai mendapat pesanan alat musik bambu. Di tahun berikutnya, yaitu 2016, karena sudah semakin dikenal, pesanan yang ia terima semakin banyak dan berkembang tidak hanya alat musik saja.
“2014 itu mulai produksi tapi hanya untuk Carang Pakang. 2015 mulai ada order, kemudian 2016 makin banyak dan orderan-orderan lain yang bahannya dari bambu,” ujarnya.
Selain angklung, terdapat enam jenis alat musik yang ia produksi. Alat musik tersebut ia beri nama Almubam (alat musik bambu) yang terdiri dari Saron bambu, Chord bambu, Bass bambu, Gambang bambu, Celo bambu, dan Calung gantung.
Selain alat musik, ia juga menerima pesanan lain berbahan bambu seperti Lonceng bambu, kentongan, egrang, kap lampu, gelas bambu, payung, dipan bambu, bakiak, kentongan.
“Pokoknya semua yang berbahan dari bambu selain (alat musik) yang ditiup dan (kerajinan) yang dianyam,” ujarnya.
Baca Juga: Menilik Produksi Ikan Asap Pertama di Kudus, Sehari Bisa Produksi Satu Kwintal
Alat musik yang ia produksi, biasanya banyak dipesan oleh sesama guru seni seperti dari Pati, Demak, Jogja, bahkan pernah juga dari Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu juga dari beberapa sanggar seni.
“Ke luar negeri juga pernah, waktu itu ke Eropa tapi hanya berbentuk cinderamata,” katanya.
Editor: Haikal Rosyada