BETANEWS.ID, KUDUS – Museum Situs Purbakala Patiayam punya satu pegawai yang punya insting kuat lokasi fosil. Karena kemampuannya itu, ia kini dilantik jadi petugas edukator di museum yang berada di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus itu. Dia adalah Ari Mustakim.
“Penemuan pertama kali saya itu pada tahun 2007, menemukan fosil kepala kerbau purba. Setelah menemukan fosil itu rasanya tertarik dan jatuh hati, hingga cinta pada fosil. Bahkan hampir setiap hari saya terus mencari fosil itu,” bebernya usai kegiatan Museum Keliling di SMPN 2 Undaan, Jumat (3/11/2023).

Ia menjelaskan, fosil gading gajah yang besar dan menjadi ikon Museum Situs Purbakala Patiayam, merupakan hasil temuannya pada 2008. Fosil itu kini dipamerkan di depan pintu museum. Namun, dulunya fosil paling besar itu tak mendapat respon bagus.
Baca juga: Disdikpora Kudus Diminta Wajibkan Sekolah Laksanakan P5 dengan Berkunjung ke Museum
“Pernah saya lapor ke paguyuban, tapi selama satu pekan, laporan itu tidak ada tindak lanjut sama sekali. Kemudian ada masyarakat yang juga menemukan fosil dan saya disuruh untuk mengecek, dan pas saya lihat ternyata masih. Lalu kita ambil fosil itu kemudian kita taruh di Rumah Fosil, rumah Pak Mustofa,” ungkapnya.
“Waktu itu tali asih cuma sedikit. Masyarakat dulu tidak begitu antusias untuk menemukan fosil. Namun dengan kepedulian terhadap fosil, saya diangkat menjadi juru pelihara museum pada 2011. Alhamdulillah sekarang karena ada tali asih dari pemerintah, semua masyarakat yang menemukan fosil langsung laporan. Sehingga temuan fosil Museum Situs Purbakala Patiayam semakin banyak,” jelasnya.
Karena bertahun-tahun berkecimpung di Situs Patiayam, instingnya pada lokasi fosil makin terasah. Kemampuan itu mempermudah pekerjaannya menemukan lokasi fosil.
Baca juga: Hingga Agustus, Tingkat Kunjungan Museum Patiayam Capai 14.760 Orang
“Insting saya kuat, kalau memang akan ada fosil yang ditemukan, saya bergegas ke Pegunungan Patiayam. Pulangnya ya pasti membawa fosil. Karena memang tekad sudah kuat dan perasaan (insting) yang sudah terbiasa,” tuturnya.
“Karena sudah terbiasa, saya tahu dimana keberadaan fosil. Seperti misalnya kerang itu biasanya di tanah lempung biru dan tanah lempung kuning. Kemudian biasanya sehabis hujan di dinding-dinding sungai, kalau memang di situ ada fosil pasti kelihatan dan tersimpan di sana,” ujar pria berusia 37 tahun tersebut.