31 C
Kudus
Senin, April 29, 2024

Nasib Anak Tiga Desa di Demak Melawan Perubahan Iklim

Sore itu, Ika (14) bisa belajar dengan leluasa di teras rumahnya, yang terletak sekitar 250 meter dari bibir pantai Morodemak, Desa Purworejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kondisi rob yang tidak terlalu tinggi, membuatnya lebih tenang mengulas materi tanpa khawatir buku-bukunya basah terkena air.

Biasanya saat laut sedang pasang, ia terpaksa ngungsi ke rumah kakeknya dan menginap beberapa hari di sana. Kenaikan air rob sering terjadi saat malam hingga dini hari. Ketinggiannya bahkan mencapai satu meter lebih dan lambat laun surut jelang pagi hari. Akan tetapi, situasi itu sudah tidak menentu lagi dan bisa saja rob naik sewaktu-waktu.

Ika mengaku sering terlambat masuk sekolah, karena terhalang tingginya air rob. Walaupun ia berangkat dari rumah pukul 6.00 WIB, butuh waktu dua jam dengan jarak tempuh  6,1 kilometer untuk sampai di MTs N 5 Demak. Naiknya rob, tidak memungkinkan Ika memaksakan diri keluar dari tempat tinggalnya, terkadang ia lebih memilih tidak berangkat sekolah dan belajar di rumah.

Baca juga: Kisah Mak Jah, Bertahan Hidup di Tengah Laut Meski Tak Lagi Punya Tetangga (1/6)

“Kalau rob itu sulit, kadang bisa berangkat kadang nggak, karena sekolahnya di Bonang kota. Saya sering telat, sering dimarahi oleh guru, dan kena denda,” cerita Ika saat ditemui di kediamannya Desa Purworejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, Sabtu (16/6/2023). 

Lebih dari 5.887 anak tridesa atau tiga desa di Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, merasakan dampak parah dari perubahan iklim. Desa Purworejo merupakan satu di antara tiga desa yang menjadi langganan rob. Dua lainnya, Morodemak dan Margolinduk. Masalah yang dihadapi tidak hanya akses pendidikan, ada banyak ancaman yang setiap harinya mengintai kehidupan mereka.

Menurut Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), anak menjadi korban dari perubahan iklim. Kondisi fisik anak yang lebih rentan daripada orang dewasa, kurang mampu menahan berbagai guncangan, seperti bencana alam, rob, dan cuaca ekstrem, sehingga mereka berisiko lebih besar terkena  penyakit dan kematian.

Pada laporan Children’s Climate Risk Index (CCRI) atau Indeks Risiko Iklim Anak, pada Mei 2023, menyebutkan 28,3 juta anak di Indonesia sangat rentan terhadap banjir rob. Beberapa risiko yang dihadapi anak, di antaranya kesehatan dan gizi, pendidikan, air bersih dan sanitasi, kemiskinan, aset komunikasi, serta jaminan sosial.

Baca juga: Abrasi Tak Terbendung, Desa Hilang di Demak Terancam Terus Bertambah (2/6)

“Semua punya pengaruh dan andil terhadap rentannya anak terkena penyakit. Andil lingkungan yang kurang bersih juga besar, kemudian dari perubahan iklim, cuaca panas, dan terkadang berubah dingin. Itu membuat anak mudah terkena penyakit,” kata Ketua Puskesmas Bonang 1 Nurhayati.

-Advertisement-

Berdasarkan data dari Puskesmas Bonang 1, pada bulan Juni 2023 terdapat 16 dari 40 kasus dermatitis mengenai anak tridesa. Kemudian 94 dari 243 kasus ispa, dan 12 dari 28 kasus diare ikut menyerang kesehatan anak. Selebihnya DBD menjadi kasus terparah pada dampak rob.

Sekarwati
Sekarwati
Sekarwati adalah reporter Beta News yang bergabung pada 2022. Pernah menempuh pendidikan di UIN Walisongo Semarang Jurusan Komunikasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

42,000FansSuka
13,322PengikutMengikuti
30,973PengikutMengikuti
136,000PelangganBerlangganan

TERPOPULER