BETANEWS.ID, SEMARANG– Menjelang Imlek, terdapat ragam tradisi yang terus dilakukan dan dilestarikan oleh etnis Tionghoa. Salah satunya adalah tradisi basuh kaki orang tua. Tradisi ini mempunyai makna sebagai wujud bakti anak kepada orang tua.
Salah satu yang masih melakukan tradisi tersebut adalah Perkumpulan Sosial dan Budaya Boen Hian Tong Kota Semarang.
Dalam tradisi tersebut, pertama peserta melakukan sembahyang terlebih sahulu. Kemudian setelah selesai, orang tua mulai duduk di atas kursi, sedangkan anak duduk di bawah.
Baca juga: Sambut Imlek, Etnis Tionghoa di Pecinan Semarang Sajikan Makanan Kesukaan Gus Dur untuk Sembahyang
Setelah semua peserta siap, dengan aba-aba pelaksana acara, anak-anak mulai membasuh kaki orang tua mereka dengan baskom kecil yang sudah disediakan. Setelah bersih, kaki orang tua dibersihkan dengan handuk kecil.
Selanjutnya, mereka memberikan minuman teh. Isak tangis pun terlihat ketika sang anak mulai memeluk orang tua dan meminta maaf atas kesalahan-kesalahan yang pernah ia dilakukan.
Ketua Perkumpulan Sosial Boen Hian Tiong (Rasa Dharma) Harjanto Kusuma Halim menerangkan, Imlek merupakan perayaan budaya. Sehingga siapapun dengan agamanya masing-masing diperbolehkan untuk merayakannya. Hal ini sebagai wujud dari keberagaman budaya.
Menurutnya kegiatan basuh kaki ini adalah wujud bakti anak kepada orang tua. Sehingga mereka bisa mengenang jasa dan peran orang tua dalam membesarkan anak-anaknya. Menurutnya, wujud bakti anak kepada orang tua tidak hanya bersujud melainkan juga dalam hal berperilaku.
“Maknanya kan berbakti, karena ada 8 filosofi, xiao pertama itu berbakti kepada orang tua. Yang artinya wujud semacam itu juga megkritisi tidak hanya bersujud saja tapi juga menjaga nama baik. Artinya perilaku kita di masyarakat juga dijaga, bukan hanya bersujud saja, terus di masyarakat bikin kacau gitu artinya tidak berbakti,” imbuhnya, Sabtu (21/01/23).
Sementara Kepala Sekretariat Boen Hiang Tiong Wenshi Indriani Hadisumarto mengatakan, tradisi basuh kaki sudah berjalan selama empat tahun. Tujuannya adalah untuk mengeratkan kembali hubungan anak kepada orang tua. Ia menambahkan tradisi ini sudah jarang sekali dilakukan. Namun pihaknya tetap melestarikannya dengan memberikan fasilitas kepada anak untuk mengungkapkan wujud baktinya pada orang tua.
“Sudah ke 4 tahun ini basuh kaki, awalnya diikuti beberapa orang dari luar kota, lintas iman, dan lintas etnik. Tradisi basuh kaki ini, biasanya dilakukan satu hari sebelum hati raya Imlek,” tambahnya.
Di sisi lain, salah satu peserta Arie Pramana (50) mengaku, ini merupakan pengalaman pertama kalinya mengikuti tradisi basuh kaki orang tua. Tangis haru pun terlihat ketika ia membasuh kaki ibunya, So Lian Kiem Nio yang kini berusia 83 tahun. Bersama dengan anak, istri, dan mertua Arie melaksanakan prosesi ini dengan khidmat.
Baca juga: Kelenteng Sam Poo Kong Bakal Gelar Perayaan Imlek, Ada Reog Hingga Barongsai Tonggak San Guo
“Saya baru kali ini dan itu sangat senang, dan tadi terasa perasaannya itu wah sangat luar biasa. Jadi sangat membayangkan bagaimana perjuangan ibu yang lalu. Jadi perasaan kita tambah semangat untuk melakukan bakti kepada orang tua,” akunya.
Saat prosesi pembasuhan tadi, Arie mengaku, menjafi membayangkan perjuangan ibunya yang telah membesarkan dia. ia pun berdoa agar ibunya selalu diberikan kesehatan dan umur panjang.
“Tradisi ini menurut saya perlu dilestarikan dan untuk ke depan anak-anak muda terus menunjukkan baktinya untuk orang tua,” akunya.
Editor: Kholistiono