BETANEWS.ID, KUDUS – Pagi itu, Ima Tutik Alawiyah dibantu satu karyawannya tampak sibuk membuat tapai ketan. Ia terlihat membumbui ketan yang telah dimasak dengan ragi dan gula pasir, yang kemudian dimasukkan ke dalam wadah thinwall lalu ditimbang.
Sementara, karyawannya bertugas mengeluarkan satu persatu boks tapai ketan yang telah siap jual dari ember putih. Tiap-tiap thinwall kemasan 600 miligram itu lantas diberi label bertuliskan Tape Ketan Bintang Lima.
Ima, begitu ia kerap disapa mengatakan, dirinya berjualan tapai ketan sejak tahun 2020. Bermula dari membuat tapai ketan untuk konsumsi sendiri, kemudian banyak temannya yang pesan untuk dibuatkan.

Baca juga: Awalnya Iseng Malah Jadi Ladang Rezeki, Tape Sukun Ini Diproduksi Berapapun Langsung Habis
“Awalnya bermula dari suka sama tape ketan, kita sering beli. Kenapa kita beli terus, saya bisa buat.Ada teman yang datang minta dibikinin, terus dari teman- teman bilang enak. Dari situ kenapa tidak kita bikin dan produksi sendiri,” katanya, di temui di rumahnya di Desa Sidorekso RT 2 RW 2, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Sabtu (9/1/2022).
Selain itu, Ima menyebut, alasan lain karena ingin menciptakan lapangan pekerjaan untuk tetangga sekitar. Sebelumnya, Ima sempat memberdayakan tetangga yang bisa menjahit untuk membuat gamis. Usaha fashion itu berjalan dua tahun, namun berhenti karena terdampak Covid-19.
Dari situ, ia kembali menemukan peluang usaha yang bisa membantu para ibu-ibu untuk kembali mendapatkan penghasilan. Ima lantas memanfaatkan media sosial sebagai tempat promosi, yang tidak diduganya mendapat respon positif.
“Terus saya bikin usaha ini buat ibu-ibu di sekeliling rumah dan Alhamdulillah produk saya ini langsung diterima oleh para konsumen, yang dulu jahit juga jadi reseller kita saat ini,” ungkapnya.
Menurut ibu tiga anak itu, membuat tapai ketan tidaklah mudah. Lantaran jika kurang masak, atau fermentasi kurang sempurna, akan membuat rasa tapai ketan menjadi pahit. Apalagi jika proses pembuatannya tidak bersih atau higienis.
Tapai ketan ini dikemas dengan thinwall ukuran 600 miligram dan 350 miligram. Untuk varian, ada tapai ketan original, tapai ketan hijau dan tapai ketan rainbow (pelangi). Ima mematok harga tapai sangat terjangkau, yakn Rp 13 ribu hingga Rp15 ribu.
Kini, Ima memiliki banyak reseller yang tidak hanya berasal dari Kudus, ada dari Bandung, Banten hingga Jakarta Barat. Dalam satu Minggu, Ima bisa menjual 100 sampai 120 kilogram tapai ketan. Tape Ketan Bintang Lima ini memiliki cita rasa manis asam yang menyegarkan.
“Harapan saya, Tape Ketan Bintang Lima ini semakin merambah ke seluruh kota, terus diterima masyarakat dengan baik. Dan selalu bisa menjadi income bagi tetangga dan bermanfaat bagi mereka semua,” tandasnya.
Editor: Kholistiono