
Dia bercerita, dirinya mulai bermain bulutangkis sejak usia sembilan tahun. Ia menyukai bulutangkis karena ibunya suka menonton pertandingan bulutangkis. Selain ibunya, keluarga Butet juga banyak yang suka menyaksikan pertandingan olahraga tersebut.
“Karena mama suka nonton bulutangkis. Keluarga juga pada hobi nonton bulutangkis, tapi keluarga tidak ada yang menjadi pemain bulutangkis di level nasional,” ungkapnya.
Di usia 17 tahun, tepatnya pada tahun 2002, Butet masuk pelatnas. Awalnya ia memilih ganda putri, namun persaingan sangat ketat waktu itu. Kemudian dia disarankan pelatih untuk pindah ke ganda campuran.
Butet juga menjelaskan, komitmen PB Djarum untuk menyuport bulutangkis sangat luar biasa. Di antaranya audisi, menjaring dan menyiapkan bibit muda untuk menjadi pemain dunia.
“Suport luar biasa untuk bulu tangkis Indonesia. Contoh dari Menado ke Jakarta, berapa biaya yang harus dikeluarkan. PB Djarum menjemput bola dengan audisi ke daerah-daerah. Yang lolos mulai fasilitasi, mulai makanan, sekolah juga diperhatikan PB Djarum,” beber Butet.
Tak berhenti di sana, perhatian PB Djrarum kepada para atlet di luar materi juga masih diperhatikan. Setelah pensiun para atlet masih bisa menjadi karyawan di PB Djarum.
“Tidak hanya materi, tapi perhatian yang lain juga untuk para atlet. Sehingga saya juga masih bisa memberikan sumbangsih kepada bulu tangkis Indonesia,” terangnya.