BETANEWS.ID, SOLO – Harga bahan pokok jenis kedelai kian naik. Seperti di Pasar Legi Solo, harga kedelai impor mencapai Rp12.600 per kilogram. Kepada Betanews.id, salah seorang pedagang kedelai, Untari (55) mengakui jika kenaikan tersebut sudah terjadi sejak dua pekan lalu.
“Ada satu dua pekan ini. Dari sebelumnya Rp11.600 jadi agak tinggi ya sampai Rp1.000 naiknya,” beber Untari, Rabu (28/9/2022).
Ditanya soal penyebab kenaikan harga kedelai, Untari mengaku tidak mengetahu hal tersebut. Sebagai pedagang, ia dan pengusaha lainnya hanya mengikuti regulasi yang ada, dan hanya mengambil sedikit keuntungan.
Baca juga: Imbas Naiknya Harga Kedelai, Harga Tahu di Kudus Naik Rp 3 Ribu per Papan
“Kami dari pedagang manut dari sana (pemerintah), karena kaya harga kedelai itu sudah ditentukan gitu. Kan kita bukan pamenan, tapi impor,” ujarnya.
Lantaran harga kedelai naik, ia mengaku pembelinya yang berasal dari kalangan pengusaha tahu dan susu kedelai mengurangi jumlah pembelian.
“Ya sedikit mengurangi (stok, saat harga naik) karena daya beli masyarakat juga berkurang. Jadi mereka (pengusaha tempe dan tahu) juga mengurangi karena keadaan jadi produksi mereka menurun,” katanya.
Meski harga kedelai impor naik, Untari mengungkapkan bauwa konsumennya lebih memilih kedelai jenis itu ketimbang kedelai lokal. Padahal, harga kedelai lokal lebih murah Rp1.000. Oleh karena itu, Untari mengaku tidak berani mengambil stok dalam jumlah banyak.
“Kalau habis (baru nyetok) karena kita nggak berani kalau per bulan harus sekian ton. Menurut pasaran ini nggak menentu, kadang laris, kadang susah,” katanya.
Baca juga: Gegara Harga Kedelai Naik, Omzet Perajin Tahu Anjlok Karena Produksi Turun
Senada, Luciyati (53) juga mengaku harga kedelai selama dua pekan ini terus merangkak naik.
“Cuma dalam dua minggu ini naik terus, dari Rp12.000 ke Rp12.200 ke Rp12.400 sampai terakhir Rp12.600. Itu kedelai impor, saya jualnya impor,” kata Yati.
Dalam ingatannya, kenaikan harga kedelai paling drastis terjadi pada tahun ini yang mencapai lebih dari Rp10 ribu per kilogramnya.
“Padahal beberapa tahun lalu paling banter itu Rp9.000 paling tinggi. Berkurang juga pembeli dalam awal tahun sudah berkurang terus,” katanya.
Oleh karena itu, Yati juga memilih untuk tidak menyediakan stok dalam jumlah yang banyak. Apalagi ia hanya menjual kedelai secara ecer.
“Dulu bisa ambil 5 kuintal bisa 1 ton bisa, dua minggu habis. Sekarang karena harga tinggi paling 1-2 kuintal, enggak berani nyetok banyak,” tandasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin