BETANEWS.ID, KUDUS – Bupati Kudus, HM Hartopo buka-bukaan saat diundang dalam acara Podcast Zona Merah Beta Media, Rabu (29/6/22) malam. Ia banyak bercerita tentang perjalanan politiknya mulai dari simpatisan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) hingga memangku jabatan sebagai Bupati Kudus sampai diangkat jadi bupati.
Awalnya Hartopo tidak punya cita-cita menjabat di struktural partai, apa lagi menjadi pejabat publik sebagai bupati. Sejak tahun 1986, dirinya ikut sebgai simpatisan PDI. Karena pada waktu itu hanya ada tiga partai, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP),Golongan Karya (Golkar) dan PDI.
Baca juga: Cerita Getir Masa Kecil Bupati Kudus, Usia 6 Tahun Sudah Bekerja Agar Bisa Makan
“Ketika ada pemilu, saya ikut kampanye. Orang Pasuruhan bisa dihitung dulu yang ikut. Tahun 1986 atau 1987, saya juga menjadi saksi PDI waktu itu, di TPS Dukuh Boleng, Pasuruhan Lor. Mendapat honor Rp 6 ribu. Saya simpatisan saja, gak pernah mikir jadi struktral,” ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, Hartopo mulai kenal dengan Mustofa yang saat itu masih menjabat sebagai Bupati Kudus. Di tahun 2011, tiba-tiba ia diundang untuk hadir ke kantor DPC yang berada di Mejobo. Ternyata Hartopo ikut dilantik menjadi wakil bendahara Pimpinan Anak Cabang (PAC).
“Saya kan gak tahu kalau acara pelantikan, jadi yang lain pakai seragam saya pakai kaus biasa. Sebelum kenal Pak Mustofa, saya juga ikut Pak Heris Paryono, waktu itu Ketua DPC, saat peralihan dari PDI ke PDIP, saya ditanya pengen jadi apa. Tapi saya jawab tidak mau, saya mau kerja saja,” ungkap Hartopo.
Pada Pemilihan Legislatif (Pileg) Tahun 2014, Hartopo didorong Mustofa untuk mencalonkan diri. Meski persiapan hanya satu bulan, dirinya berhasil mendapat kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kudus.
“Saya gak kepikiran, persiapannya mepet, cuma kurang satu bulan. Akhirnya Tahun 2017, waktu itu mau maju pilkada bergandengan dengan Pak Masan. Saya sudah siap jadi wakil, Pak Masan juga sudah mau waktu itu. Karena kita satu kandang, pada waktu itu yang dicalonkan hanya satu saja dari PDIP dan yang dipilih Pak Masan,” ungkapnya.
Karena tidak jadi berpasangan dengan Masan, Hartopo kemudian dilamar Tamzil untuk menjadi wakilnya pada Pilkada 2018. Meski menerimanya, waktu itu Hartopo berkata kepada Tamzil hanya untuk mengantarkan Tamzil menjadi Bupati Kudus. Setelah itu dia ingin mengundurkan diri.
Baca juga: Karena Himpitan Ekonomi, Hartopo Kecil Terpaksa Berkali-kali Putus Sekolah
“Yang menjodohkan dengan Pak Tamzil ya timnya Pak Tamzil. Saya sudah bilang sama Pak Tamzil, saya mengantarkan Pak Tamzil saja lah jadi bupati, setelah jadi, saya mengundurkan diri. Setelah satu bulan, saya bilang sama Pak Tamzil dan tokoh-tokoh yang dulu mengusung kita, tapi tidak boleh,” jelasnya.
Hingga saat ini dirinya mengemban jabatan sebagai Bupati Kudus menggantikan posisi Tamzil dengan status nonpartai. Menurut Hartopo, kemungkinan kembali menjadi anggota PDIP masih ada, karena hatinya masih PDIP.
“Kemungkinan balik masih ada, karena hati saya masih PDIP. Hati saya masih merah, dan masih berupaya agar diterima di PDIP lagi,” ungkap Hartopo.
Editor : Kholistiono