Trah Macan Kurung Kini Hanya Membuat Asbak
Suara benturan pahat dan palu kayu terdengar di belakang rumah di Dukuh Tambakrejo, Desa Mulyaharjo, Kecamatan Kota, Kabupaten Jepara. Sembari duduk di atas tanah, seorang pria paruh baya terlihat memahat sovenir kayu. Dengan telaten pria tersebut mengukir bagian luar sovenir.
Pria tersebut yakni Suyanto pengukir macan kurung, yang juga keturunan langsung Singo Sawiran, orang pertama yang membuat macan kurung. Sambil mengerjakan pembuatan asbak, pria berusia 60 tahun itu sudi berbagi kisah hidupnya kepada Tim Lipsus Beta News, tentang macan kurung.
Menurutnya, orang pertama yang membuat macan kurung adalah kakek buyutnya, yang bernama Singo Sawiran. Kakek buyutnya itu memiliki saudara bernama Singowiryo, orang yang dimintai RA Kartini untuk membuatkan ukir macan kurung.
Sebagai trah Macan Kuruang, dirinya mengaku cemas melihat nasib ukir macan kurung. Sebab ukir yang sebagai ikon kota lahirnya RA Kartini itu sudah minim peminatnya.
“Saya terakhir dapat pesanan membuat ukir macan kurung itu sebelum tahun 2000, berarti lebih dari 20 tahun saya sudah tidak membuat ukir macan kurung,” ujar pria yang akrab disapa Yanto di kediamannya, beberapa waktu lalu.
Karena tak ada pesnaan itulah, lanjut Yatno, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, ia pun banting setir jadi perajin asbak. Dari tempat tekik rokok itulah Yanto mampu menjaga asap dapur keluarganya selalu mengepul. Menurutnya, setiap hari ia dan anak semata wayangnya membuat asbak dan sovenir lainnya.
“Sekarang saya tetap masih mengukir. Membuat asbak, satunya dihargai Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu,” ungkapnya.