Kepala BPBD Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetyo. Foto: Dok. Beta News

Menanggapi hal itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetyo membenarkan, bahwa salah satu penyebbab banjir di Kabupaten Pati adalah penggundulan di Pegunungan Kendeng. Pengerusakan Pegunungan Kendeng menyebabkan pendangkalan di beberapa sungai. Batang bambu dan kayu juga ikut menyebkan pendangkalan serta tersumbatnya aliran sungai.

Menurut pria yang akrab disapa Budi itu, musim hujan tahun 2021-2022 ada beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Pati yang rawan bencana banjir bandang dan longsor. Ada lebih dari 10 wilayah yang rawan bencana Kabuapaten Pati. Di antaranya Kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Gabus, dan Juwana, bersetatus waspada terhadap bahaya banjir genangan.

“Sementara untuk tanah longsor itu yang diminta waspada adalah masyarakat di Kecamatan Tlogowungu, Gunung Ungkal, Cluwak dan Gembong. Sedangkan banjir bandang kemungkinan bisa terjadi dibeberapa wilayah kecamatan di Jaken, Pati kota, dan Batangan. Itu beberapa kecamatan yang berdasarkan hasil evaluasi tahun 2020 kemarin punya potensi untuk mengalami bencana baik itu banjir genangan, banjir bandang maupun tanah longsor,” terangnya.

Bahkan, banjir-banjir yang terjadi beberapa tahun belakangan disinyalir juga dikarenakan luapan Sungai Juwana yang berada di Kabupaten Pati. Ketika Sungai Wulan di Kudus sudah penuh dan dibuka, airnya sebagian akan masuk ke Sungai Juwana. Hal itu menyebabkan beberapa daerah di Wilayah Pati seperti Kecamatan Sukolilo, Kayen, Gabus, Pati Kota, Jakenan dan Juwana dipastikan akan tergenang banjir. Hal itu sudah pernah terjadi di tahun 2020 yang lalu.

“Kemarin kita sempat ada banjir bandang sebentar itu di Srikaton daerah Kayen. Karena ada curah hujan yang tinggi, kemudian juga ada sedimentasi, sehingga sungai itu perlu ada normalisasi sebenarnya, tetapi hingga saat ini belum ada normalisasi,” katanya bertanya-tanya.

- advertisement -

Bahkan, dia juga memprediksi banjir akan meluap hingga ke Jalur Pantura. Selain pengerusakan Pegunungan Kendeng, perilaku warga masih banyak yang membuang sampah sembarangan juga menjadi penyebab terjadinya banjir.

“Perilaku masyarakat di wilayah atas daerah gembong membuang sampah sembarangan berhentinya di Sungai Mbapoh. Terus sampai Sinoman, Sungai Mbapoh ketemu dengan sungai Simo di Pantura yang arah ke Juwana itu. Akhirnya nanti air akan melimpas juga, ke jalur Pantura Pati Juana,” paparnya.

Bahkan, di daerah Kendeng yang wilayahnya berada di dataran lebih tinggi juga sering terjadi banjir bandang. Namun yang lebih terkena dampaknya adalah daerah yang berada di Kecamatan Kayen.

“Jadi kerusakan hutan diatas daerah Kendeng menyebabkan sedimentasi pendangkalan sungai, akhirnya melimpas kejalan dan area sawah serta permukiman,” imbuhnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini