Menurutnya, permintaan cadas giling miliknya cukup banyak. Selain dari Pati, permintaan juga datang Kudus, Grobogan hingga Demak. Jika sedang ramai, sehari ia bisa menjual padas hingga belasan truk dump.

“Dari segi ekonomi, daripada merantau memang lebih berkembang sekarang. Bahkan sekarang saya sudah punya dua mesin penggiling batu kapur dan delapan pekerja,” ujar Kemat.

Sementara itu tokoh masyarakat Desa Kedungwinong, Kecamatan Sukolilo, Sudir Santoso mengatakan, penambangan batu kapur di Pegunungan Kendeng Utara khususnya di Kecamatan Sukolilo memang didominasi warga setempat. Tambang rakyat yang ada di Sukolilo telah ada sejak lama.

Menurutnya, selain sebagai penunjang ekonomi warga, tambang rakyat yang ada di Kecamatan Sukolilo itu juga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Selain jadi penambang tradisional, banyak juga warga yang ikut kerja di penambangan batu kapur yang sudah menggunakan alat berat. Penyerapan tenaga kerja jumlahnya pun tak sedikit. Tidak hanya ratusan orang tapi ribuan orang.

“Dulu warga di Desa Kedungwinong itu banyak yang merantau. Bahkan jumlahnya ada 80 persen dari total angkatan kerja pria yang ada. Namun, sejak ada penambangan batu kapur, mereka banyak yang beralih jadi penambang batu kapur meski dengan cara tradisional. Sebab hasilnya lebih banyak dari merantau,” ungkap Sudir.

- advertisement -

Tim Lipsus 9 – Rabu Sipan (Reporter/Host), Ahmad Rosyidi, Kaerul Umam Reporter/Videographer), Suwoko (News Editor), Andi Sugiarto (Video Editor), Manarul Hidayat (Videographic) Lisa Mayna Wulandari (Translator), Ludfi Karmila (Transkriptor), Dian Ari Wakhidi (Driver).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini