BETANEWS.ID, KUDUS – Toko Jenang Kudus Aliya terlihat dipadati pembeli, Sabtu (8/5/2021). Mereka tampak memilih berbagai varian jenang yang tertata rapi di sepanjang etalase toko. Tak hanya jenang, di tempat tersebut juga terdapat tumpukan jajanan berbentuk lonjong warna putih yang juga banyak dipilih konsumen. Itu adalah geplak sari, jajanan tradisional Kudus yang juga laris manis jelang Lebaran.
Pemilik Toko Jenang Kudus Aliya, Ali Marzuki menjelaskan, menjelang Hari Raya Idul Fitri, ia bisa menjual hingga 30 kilogram geplak sari setiap harinya. Geplak Sari di tempatnya itu dijual Rp 70 ribu per kilogram. Untuk kemasan mika dengan ukuran 500 gram harganya Rp 35 ribu dan kemasan toples ukuran 500 gram Rp 40 ribu.
“Momen lebaran ini merupakan puncaknya makanan ini banyak dicari untuk suguhan di Hari Lebaran nanti,” beber Ali kepada betanews.id.
Baca juga: Gurihnya Kerupuk Tengiri yang Jadi Jajanan Lebaran Terlaris di Pasar Kliwon
Menurutnya, peminat dari makanan ini terbilang banyak. Bahkan, pembeli tidak hanya datang dari Kudus saja. Ada pula dari Semarang, Pekalongan, Jepara, Demak, Pati, hingga Bali.
“Selain saya memasarkan di toko ini, saya juga memasarkan di online seperti Facebook. Selain itu juga bisa dipesan lewat WhatsApp di nom0r 0815 7511 0909,” papar Ali.
Dia mengungkapkan, pertama kali memproduksi makanan tradisional yang jarang ditemui ini, memerlukan beberapa kali proses percobaan. Bahkan, ia sampai melakukan percobaan hingga tujuh kali untuk menemukan rasa yang pas. Menurutnya, rasa geplak ini mirip dengan wingko karena bahan yang digunakan hampir sama yaitu, gula, kelapa muda, dan tepung ketan.
“Dulu itu saya mencoba membuat makanan ini tidak langsung bisa. Membutuhkan 6 hingga 7 kali percobaan sampai benar-benar menemukan yang pas,” ungkapnya.
Baca juga: Kue Kering Rahma Paw Jadi Idola Hidangan Lebaran, Pernah Kirim ke Australia
Keunggulan dari produk ini, menurutnya, bisa bertahan hingga sebulan. Uniknya, jika makanan tradisional itu dijemur di bawah sinar matahari semakin tahan lama.
“Saya berharap dengan adanya makanan tradisional yang kini jarang ditemui ini, bisa mengingatkan masyarakat atau bernostalgia dengan makanan tradisional ini,” tuntasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin