31 C
Kudus
Sabtu, Juli 19, 2025

Melihat Tradisi Wiwit Kopi di Lereng Pegunungan Muria di Masa Pandemi

BETANEWS.ID, KUDUS – Suara musik berhenti saat acara Wiwit Kopi di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kudus dimulai. Seorang pria mengenakan topi, memberikan sambutan di sana. Dia yakni Muh Shokib Darno Sunarno (56), ketua panitia kegiatan dari Paguyuban Masyarakat Pelindung Hutan (PMPH).

Pria yang akrab disapa Shokib itu menjelaskan, hingga saat ini produk Kopi Muria masih belum menemukan pasar. Karena setiap panen dibeli tengkulak dari kabupaten lain dan dibranding oleh kabupaten tersebut.

Petani sedang makan bersama dalam kegiatan tradisi wiwit kopi. Foto: Ahmad Rosyidi

Baca juga : Miris dengan Nasib Kopi Muria, Hikma Munculkan Brand Kopi Muria Wilhelmina

-Advertisement-

“Mari kita branding dan mengangkat Kopi Muria, karena di Colo sudah banyak home industri. Mari kita pikirkan bagai mana caranya agar menemukan pasar. Jadi kami berharap lebih diperhatikan lagi soal penjualan dan branding Kopi Muria,” ungkapnya kepada betanews.id setelah acara.

Dirinya juga berharap, dengan adanya acara Wiwit Kopi sebagai ungkapan rasa syukur petani kopi Desa Colo itu, petani bisa semakin maju. Dan kualitas kopi yang dihasilkan semakin bagus.

“Di masa pandemi seperti ini, kita ambil hikmahnya saja. Karena saya lihat warga lebih memperhatikan lahan dan merawat kopi. Berbeda dengan sebelumnya yang hanya dibuat sampingan saja,” katanya, Senin (4/8/2020).

Sementara itu, Bergas Catursasi Penanggungan (45), Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus yang mewakili Plt. Bupati Kudus mengatakan, pihaknya akan belajar secara detail tentang kondisi Kopi Muria. Menurutnya, petani memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas kopi. Mulai ditanam hingga menjadi kopi, 60 persen kualitas rasa terpengaruh pada kualitas petani yang menanam.

“Kami menerima informasi tentang pengolahan kopi, banyak yang mau menerima kopi dari sini. Tetapi kuantiti maupun kualitinya harus stabil. Maka dari itu, petani harus berkelompok untuk menyediakan suplai kopi,” tambahnya.

Baca juga : Diolah Secara Tradisional, Begini Proses Pembuatan Kopi Muria Moelyo

Sedangkan menurut Slamet Budiono (41), satu di antara puluhan petani kopi yang hadir mengaku, jika hasil kopi kali ini belum bisa dibilang maksimal. Hal tersebut dikarenakan ada hujan saat pohon kopi sedang berbunga.

“Hasil panen kali ini biasa saja, tidak baik dan tidak buruk. Kalau bagus hasilnya hingga 2 ton, jika saat ini paing 1,5 ton. Karena waktu berhubungan kena hujan, jadi hasilnya kurang maksimal,” terang warga Desa Colo, RT 01 RW 02, Kecamatan Dawe, Kudus itu.

Editor : Kholistiono

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER