31 C
Kudus
Jumat, April 18, 2025

Utamakan Rasa, Puluhan Tahun Zumrotun Pertahankan Tempe Bungkus Daun Jati

BETANEWS.ID,KUDUS – Di dalam sebuah rumah berdinding bata merah tampak beberapa orang sedang sibuk. Terlihat dua orang paruh baya, pria dan wanita sedang memasukan kedelai ke dalam cetakan yang dialasi daun pohon Jati. Di sudut lain, tampak seorang perempuan tua sedang duduk merapikan sekaligus memotong pangkal daun jati. Di ruangan lain, terlihat seorang perempuan mengenakan jilbab sedang mengecek stok kedelai. Perempuan tersebut yakni Zumrotun (44), pemilik usaha pembuatan tempe.

Produksi tempe di tempat Zumrotun yang menggunakan bungkus daun jati. Foto : Rabu Sipan

Dia mengungkapkan, mulai usaha pembuatan tempe pada tahun 1997. Dari dulu sampai sekarang, dirinya lebih memilih mempertahankan produk tempe miliknya dengan bungkus daun Jati. Karena, menurutnya itu merupakan warisan leluhurnya.

-Advertisement-

Mulai eyang dan orang tuanya, dulunya merupakan pembuat tempe dengan bungkus daun jati. Selain itu, tempe bungkus daun jati lebih diminati banyak orang karena rasanya lebih gurih dibanding tempe dengan bungkus lainnya.

Lembaran-lembaran daun jati yang bakal digunakan untuk membungkus tempe. Foto : Rabu Sipan

“Saya membuat tempe itu sudah puluhan tahun. Sejak awal membuat tempe saya memang menggunakan daun jati sebagai bungkusnya. Itu saya lakukan agar bisa menjaga cita rasa tempe yang gurih dan sekaligus menjaga resep warisan leluhur. Bahwa tempe buatan keluarga kami ya dibungkus daun jati,” jelas perempuan yang akrab disapa Jum kepada betanews.id

Perempuan yang tercatat sebagai warga Desa Jati Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus itu mengatakan, sebenarnya sebelum memutuskan memproduksi tempe sendiri, dirinya terlebih dahulu berjualan tempe di pasar selama tiga tahun. Saat berjualan, dia mengaku masih lajang. Setelah menikah, orang tuanya menyarankan agar memproduksi tempe sendiri agar bisa mendapatkan keuntungan lebih. Saran orang tuanya pun diiyakan sama Jum.

“Setelah mendapat nasihat dari orang tua, saya mantap mulai usaha pembuatan tempe bungkus daun jati. Kemudian, saya pun ikut koperasi desa dan mendapatkan pinjaman beberapa karung kedelai impor dari Amerika,” katanya.

Perempuan yang telah dikaruniai tiga orang putri itu menceritakan, pada awal mulai usaha pembuatan tempe lancar – lancar saja. Tempa hasil karyanya bagus dan diminati banyak orang. Tapi setelah usahanya berjalan lima tahun, tepatnya setelah anak keduanya lahir, tempe yang diproduksinya mengalami masalah. Bahkan bisa dibilang gagal produksi, karena tempe yang dibuatnya tidak layak jual.

Saat itu, lanjutnya, dia dan suami sangat kebingungan karena kedelai yang digunakan juga sama. Tapi kenapa tempe yang diproduksinya tetap gagal dan hasilnya pun dibuang. Dan hal itu berulang sampai 15 hari. Sampai orang tua Jum memberi nasihat untuk berhenti produksi dulu dan bersantai sejenak menenangkan pikiran.

“Ternyata manjur nasihat orang tua saya. Setelah istirahat tiga hari bersantai dan menenangkan pikiran, kami pun mulai membuat tempe bungkus daun jati dan hasilnya bagus sesuai harapan. Aku pun menyimpulkan, mungkin membuat tempe itu tidak boleh kemrungsung,”ungkapnya sambil tersenyum.

Jum mengatakan, setelah kejadian tersebut, sampai sekarang usaha pembuatan tempe bungkus daun jati berjalan lancar. Tempe yang diproduksinya pun beragam ukuran serta dijual mulai Rp 3 ribu sampai Rp 20 ribu.

Menurutnya, tempe bungkus daun jati miliknya lumayan diminati dan dia pun mengaku saat ini sudah punya banyak pelanggan. Sedangkan untuk memasarkan tempe hasil produksinya, Jum bersama suaminya berjualan di Pasar.

“Saat ini, untuk produksi kami percayakan pada karyawan yang berjumlah lima orang. Sedang saya dan suami memasarkan hasil produksi tempe daun jati di Pasar Wates, Pasar Wage, dan Pasar Babalan Kalirejo,” jelas Jum.

Editor : Kholistiono

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER